Teknik cut and paste atau dikenal kolase memang populer di era 1980-an. Seiring berkembangnya zaman, kolase tidak hanya digunakan untuk pembuatan zine, namun menjadi medium bagi seniman muda untuk berkarya.
Iwe Ramadhan pun sudah menggeluti teknik kolase sejak tahun 2015 lalu. Ketika semester 5 di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Iwe mulai mencari-cari karya kolase garapan lokal dan menemukan nama Resatio asal Bandung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga: Iwe Ramadhan, Seniman Muda Peraih 'Go Ahead Challenge 2016'
![]() |
Saat karya seri 'Mind Walkers'-nya terpilih pun, Iwe Ramadhan yang bermula dari iseng tak menyangka bisa menang. "Dari situ, aku kayak semacam ditantang keluar zona nyaman. Dari dulu yang 2D, ke 3D, ke seni instalasi, ke find object. Dan belajar menggunakan metode yang jarang digunakan," kata Iwe Ramadhan.
Namun, dia mengaku teknik kolase yang dipelajari dan digunakan berkarya itu tidak terpengaruh dari tren.
"Aku nggak ikutin tren, aku juga ikutin yang menurutku nyaman dan aku banget dan itu yang aku jalanin," tutur pria yang kini tengah menyelesaikan kuliah Pendidikan Seni Rupa di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Sejak masuk kuliah, Iwe Ramadhan telah aktif mengikuti berbagai pameran. Di antaranya adalah 'Rebel Behel', 'Bianglala, 'ACEMART', '#1ICSticker' , 'In Wall We Trust 5 Edition', 'Proletart', dan 'Artospora' yang menampilkan 12 karya finalis kompetisi 'Go Ahead Challenge 2016'.
Karya kolase yang diciptakan Iwe Ramadhan pun ada yang diaplikasikan atau dicetak ke material kayu. Meski begitu, sebelum mengenyam kolase, dia juga pernah bergelut dengan teknik cukil.
Yuk, simak artikel berikutnya tentang karya seni instalasi terbaru Iwe Ramadhan!
(tia/doc)