Di atas piring terdapat simbol dari 9 perempuan yang dihadirkan perupa Lenny. Ada istri Rasulullah, Siti Khadijah yang disandingkan dengan Dewi kecantikan, Venus, dari mitologi Yunani. Ada juga sastrawan sekaligus sarjana perempuan abad 19 di Bugis Colliq Pujie yang duduk bersama dengan Helena Blavatsky, penggagas masyarakat theosofi asal Rusia.
Baca Juga: Berziarah di Pameran Tunggal Lenny Ratnasari Weichert
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ibarat perjamuan makan malam, mereka menonton video yang berisi kepedihan-kepedihan dari perempuan Indonesia. Mereka ikut membicarakan persoalan buruh perempuan yang tidak selesai, Marsinah, dan lain-lain," ungkap Lenny.
Video narasi yang memperjuangkan kebebasan berekspresi menampilkan sosok Marsinah, nasib pekerja migran (TKW-tanpa nama) di Arab, mantan tahanan politik-Mbah Lestari), kisah sejumlah lanfu, dan budak seks di masa penjajahan Jepang. Ke-9 peremuan seakan diundang makan malam, sambil menonton video yang disajikan Lenny.
"Bayangkan bagaimana seorang Siti Khadijah memikirkan nasib Marsinah, atau Helena Blavatsky menyaksikan nasib eks-Gerwani. Di sinilah mereka membicarakan persoalan perempuan Indonesia yang sampai sekarang mungkin belum terselesaikan," lanjutnya.
Lewat 'Dinners Club', karya Lenny tak lagi bersifat personal yang memilih sosok Barat dan Timur, teritori atau persoalan gender yang tak terselesaikan. "Seni bisa diimajinasikan dan simbol perempuan yang ada di atas piring ini dicoba direkonstruksi Lenny," tutup kurator pameran Bambang Asrini Widjanarko.
Simak artikel berikutnya!
(tia/mmu)