Tarian ini pun tergolong unik dan tak biasa. Menurut penuturan Rusdi, pihak penyelenggara ingin sebuah tarian yang kontemporer dan singkat waktu pementasannya.
"Waktu dengar ajakan ini saya langsung excited. Dan mereka bilang maunya audience yang umum dan beragam. Kontemporer dan singkat karena kalau tarian Bedhaya itu sampai 3 jam dan ditarikan 9 orang. Tapi tarian yang terinspirasi dari lukisan baru Pak Srihadi menggabungkan antara tradisi dan kontemporer," ujarnya kepada detikHOT, Rabu (24/2/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rusdy pun berkolaborasi dengan koreografer STSI Solo bernama Wiwied dan penata musik Onnie. Akhirnya, tercapailah 5 menit tarian karya EKI Dance Company.
Tarian yang ditampilkannya bukan kontemporer seperti biasanya. Tapi, kata Rusdy, kalau tari Bedhaya itu gerakannya gerakan perempuan yang sangat halus. Kehalusan yang kita tampilkan juga kita sesuaikan, bukan kehalusan 'zaman dahulu' tapi kehalusan yang masa kini. "Tempo tariannya juga nggak bisa lambat sampai 8-9 ketukan tapi 2 ketukan saja."
![]() |
"Teknik koreografi yang saya pakai adalah time and space yang kental di dalam aliran Martha Graham. Karena Graham sendiri banyak terpengaruh dengan berbagai budaya, termasuk tarian tradisional timur, salah satunya adalah gerakan-gerakan berdasarkan ritme gamelan Jawa," lanjutnya lagi.
Rusdy pun mengatakan untuk mencapai satu kesatuan dan satu nafas, para penari EKI Dance Company harus terasa menjadi satu gerakan. "Jadi mereka tidak show off sendiri tapi harus satu kesatuan dan merasakan penari lainnya. Harus tahu persis temannya bergerak apa."
Sebelumnya, EKI Dance Company juga pernah membuat lukisan yang terinspirasi dari lukisan pelukis bernama Wedha Abdul Rasyid dan dipentaskan di Bentara Budaya Jakarta, belum lama ini. Koreografi ini tercipta berkat lukisan potrait dari Wedha.
"Tapi Mei nanti, kami ada pementasan di Teater Kecil TIM. Perpaduan antara etnik dan modern," tutupnya.
(tia/mmu)