Dia adalah Srihadi Soedarsono yang lahir pada 1931 silam dan mulai melukis sejak era kemerdekaan Republik Indonesia. Srihadi kerap dikenal sebagai sebutan sang pelukis 'Borobudur' maupun 'Tari Bedhaya'.
Di pameran retrospektif yang berjudul '70 Tahun Rentang Kembara Roso', sekitar 450 karya cat air, sketsa, drawing di atas kertas dan 7 lukisan di atas kanvas dipamerkan ke publik secara gratis. Bertempat di Galeri Nasional Indonesia, eksibisi ini dibuka sejak 11 Februari lalu sampai hari ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Ada sketsa tahun 1947, yang menggambarkan betapa indahnya Borobudur. Saat itu, Srihadi sudah melukiskan Borobudur dan sampai sekarang masih melukiskannya," ucapnya belum lama ini.
Tak hanya tema Borobudur, namun di beberapa karya Srihadi juga melukiskan tentang 'Tari Bedhaya'. Salah satu lukisan ternama adalah 'Bedhaya Ketawang' yang dipajang di tengah-tengah bagian Gedung A Galeri Nasional Indonesia. Lukisan raksasa sepanjang hampir 2 meter itu membuat kagum para pengunjung yang datang untuk melihat.
![]() |
Ratusan karya medium kertas merupakan arsip karya Srihadi yang didokumentasikan dari rentang era Revolusi atau 1946 hingga Reformasi. Eksibisi retrospektif ini dapat menjadi pembelajaran, pengamatan, dan perkembangan karya Srihadi di atas media kertas. Srihadi memperlihatkan bahwa karya-karyanya kerap kontekstual dengan kebudayaan yang berkembang. Termasuk, karya dengan menggunakan material bubur kertas saat residensi di Singapore Tyler Print Instute, Singapura.
Bagaimana kiprah Srihadi sampai sekarang ini? Kali ini, culture detikHOT bakal membahas tentang profil Srihadi Soedarsono sampai tarian kontemporer oleh Eki Dance Company yang tercipta berkat inspirasi lukisan Srihadi. Seperti apa? Simak artikel berikutnya!
(tia/tia)