Film '3 (Alif Lam Mim)', Andai-andai Indonesia Jadi Negara Liberal

Movie Buzz!

Film '3 (Alif Lam Mim)', Andai-andai Indonesia Jadi Negara Liberal

Adhie Ichsan - detikHot
Selasa, 29 Sep 2015 19:23 WIB
Jakarta -

Dalam negara liberal fiktif ciptaan sutradara dan penulis Anggy Umbara, hak asasi manusia menjadi hal yang paling diutamakan. Sedangkan umat beragama, digambarkan sebagai virus yang menjijikkan, biang rusuh dan terkucilkan.

Premis sensitif seperti ini cukup mengkhawatirkan jika ditangani dengan salah. Bahkan Anggy Umbara memasang disclaimer dengan tulisan besar di awal bahwa film ini murni fiksi dan imajinasi dari para pembuatnya tanpa ada maksud menyindir dan menyerang organisasi atau pihak manapun. Seberbahaya itukah film 'Alif Lam Mim'?

Film '3 (Alif Lam Mim)' memiliki latar Distopia, yakni masyarakat fiktif, yang kondisinya berlawanan dengan utopia (masyarakat ideal tanpa kriminal dan kemiskinan). Masyarakat distopia umumnya hidup di bawah pemerintah yang totaliter atau otoriter, diawasi di bawah pengawasan sosial yang ketat dan menindas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada 2036, Indonesia digambarkan Anggy sudah menjadi negara liberal. Hak asasi manusia yang digembar-gemborkan, memicu keluarnya aturan bahwa aparat tidak diperbolehkan menggunakan peluru tajam. Ini adalah buntut dari eksekusi kejam kepolisian terhadap pelaku serangan teror bom yang menewaskan banyak orang tak bersalah.

Bukan cuma itu, di beberapa tempat seperti restoran bahkan tak diperbolehkan berdiskusi soal agama, atau memakai atribut keagamaan. Konflik antar aliran agama yang berbeda, meluas pada tindakan terorisme yang para pelakunya digambarkan dengan atribut keagamaan. Sejak itu, agama dijadikan momok.

Alif (Cornelio Sunny), Lam (Abimana Aryasatya) dan Mim (Agus Kuncoro), merupakan tiga sahabat yang tumbuh sejak kecil di lingkungan padepokan silat dan pesantren. Beranjak dewasa, ketiganya terpisah dan menjalani hidup masing-masing setelah dipengaruhi kondisi sosial, politik, serta tragedi.

Alif yang orangtuanya dibunuh kriminal, menjadi penegak hukum, Lam memilih perang lewat kata-kata dan menjadi jurnalis. Sedangkan Mim tetap berada di pondok pesantren dengan keinginan yang sederhana: bisa menyebarkan kebaikan dan mati dalam keadaan khusnul khotimah.



Sebuah kejadian membuat ketiga sahabat itu kembali bertemu dalam kondisi yang saling terkait. Sebuah aksi peledakan bom di restoran, membuat kolonel Mason (Piet Pagau) menugaskan Alif ke pondok pesantren Mim yang terindikasi menjadi dalang. Sementara Lam, sibuk menginvestigasi kasus itu untuk bahan tulisannya.

Tanpa disadari, sebuah konspirasi tingkat tinggi mempermainkan mereka layaknya pion catur yang siap dilibas, demi kepentingan 'organisasi persaudaraan' untuk menciptakan dunia yang mereka inginkan.

Film '3 (Alif Lam Mim)' tak hanya memberikan tontonan yang menyegarkan di balik sedikitnya cerita film nasional yang minim imajinasi, tetapi juga sebuah pernyataan dan peringatan akan sebuah kondisi yang mungkin saja terjadi di masa depan. Saat ini memang sudah terlihat tanda-tanda bahwa agama dijadikan alat dan atribut bagi pihak-pihak tertentu untuk mencapai tujuan kelompoknya.

Peran tiga karakter utama dalam film ini menjalankan tugasnya dengan baik. Film '3 (Alif Lam Mim)' bisa menjadi langkah besar bagi Cornelio Sunny, sementara bagi Abimana dan Agus Kuncoro, menunjukkan kualitas akting yang makin matang. Mereka juga menampilkan sesuatu yang jarang dilihat selama ini: bertarung dan terus bertarung!



Porsi drama keluarga ditampilkan dengan singkat dan menyentuh, bumbu percintaan tidak dibuat terlalu dramatis dan menutupi konteks cerita, dan yang terpenting, film ini menarik untuk jadi bahan perenungan dan diskusi. Bagaimana jika agama benar-benar sudah hilang?

Yang bisa sedikit menjadi catatan mungkin pace film yang melambat di beberapa bagian, misalnya ketika Alif untuk pertama kalinya bertemu dengan Laras (Prisia Nasution). Durasi drama antara mereka terasa cukup kepanjangan. Selain itu hampir semua adegan pertarungan jarang dekat selalu dikombinasikan dengan slow-motion, yang mengurangi efek greget adegan itu sendiri. Jika sekali dua kali di adegan pilihan, mungkin terasa lebih dramatis. Ada juga beberapa dialog yang terasa kurang pas saat di-dubbing.

Sementara dari sisi teknis, Anggy membawa film ini sesuai dengan tema ke warna yang gelap untuk menggambarkan latar Distopia tadi. CGI atau efek visual untuk menggambarkan perkembangan teknologi yang pesat, cukup bisa diapresiasi. Tapi, jangan mengharapkan adegan ledakan yang real seperti menara 'Comic 8: Casino Kings'.

Film '3 (Alif Lam Mim)' yang akan tayang 1 Oktober mendatang turut menampilkan Prisia Nasution (ya, dia kembali menunjukkan kemampuan bertarung), Tika Bravani, Teuku Rifnu Wikana, Cecep A. Rahman, hingga Donny Alamsyah. Simak juga kemunculan mengejutkan Tanta Ginting yang menjadi plot twist dalam film.

Film '3 (Alif Lam Mim)' sangat layak untuk Anda saksikan bersama teman-teman!

(ich/ich)

Hide Ads