Sudah banyak film tentang Hercules yang menggambarkan betapa besarnya kekuatan sang manusia setengah dewa Putra Zeus itu. Tapi, sutradara Brett Ratner membawa mitologi Yunani ke arah yang sedikit lebih berbeda.
Di awal film, penonton sudah disuguhi kegagahan Hercules yang melegenda karena menyelesaikan 12 tugas dari para dewa. Melawan ular raksasa berkepala tiga di rawa-rawa gelap dan berkabut, hingga menjatuhkan reputasi singa bertaring besar sebagai raja hutan.
Hingga kemudian keponakan Hercules, Iolaus (Reece Ritchie) muncul di layar dengan kondisi sedang menjadi sandera para perompak. Rupanya, Iolaus si storyteller tengah mendongeng tentang kegagahan Hercules untuk menakuti para perompak yang ingin membunuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam film 'The Legend of Hercules' arahan sutradara Renny Harlin yang tayang awal tahun ini, Hercules (diperankan Kellan Lutz, vampir berotot di 'Twilight') juga manusia biasa tanpa kekuatan super. Tetapi, itu karena ia tak mengakui Zeus sebagai ayahnya. Dan, ketika hal tersebut berbalik, kekuatan Hercules cukup untuk menghancurkan dinding beton dan mengalahkan satu pasukan Yunani.
Sementara Bret Rattner mencoba untuk menjauhi sisi fantasi mengenai asal-muasal kekuatan Hercules. Hercules yang diperankan Dwayne Johnson hanyalah tentara bayaran yang mencari perang demi perang untuk mendapatkan emas. Film ini diadaptasi dari novel grafis karya Steve Moore, 'Hercules: The Thracian Wars'.
Brett membawa karakter Hercules ke sisi yang lebih gelap setelah kehilangan keluarganya. Ia menemukan pelipur lara hanya dalam pertempuran.
'Hercules' mengangkat mitos klasik dengan set dunia grounded dimana kekuatan supernatural tidak berlaku. "Keyakinannya adalah kekuatan yang paling besar," kata Dwayne Johnson kepada Collider.
Dalam dunia superhero atau pahlawan yang memiliki kekuatan lebih, memang selalu ada tempat untuk mengangkat sisi humanis. Mungkin sama seperti yang dilakukan Christopher Nolan pada karakter Batman di trilogi terakhir 'The Dark Knight'.
(ich/mmu)