'The Philosophers', Filsafat dalam Bertahan Hidup

Spotlight

'The Philosophers', Filsafat dalam Bertahan Hidup

- detikHot
Kamis, 12 Jun 2014 14:05 WIB
Jakarta - Sekelompok remaja tampan dan cantik mempelajari filsafat dengan antusias dalam sebuah kelas bernuansa etnik Jawa di sekolah internasional yang berada di pusat kota Jakarta yang padat. Mereka dibawa dalam sebuah skema pemikiran ekstrem dalam menghadapi kiamat.

Mr. Zimit (James D'Arcy), seorang guru filosofi yang menawan, menantang 20 muridnya dalam sebuah ujian sebagai persiapan diri menghadapi kemungkinan bencana nuklir di masa depan. Sebuah bunker telah dipersiapkan untuk mereka dengan segala kebutuhan bertahan hidup untuk satu tahun ke depan. Tapi, bunker itu hanya untuk 10 orang.

Zimit meminta para muridnya untuk memutuskan siapa saja yang pantas untuk masuk bunker itu, sebagai penerus kelangsungan umat manusia. Masing-masing murid diberikan kartu yang menentukan karakter mereka. Ada petani, ilmuan, desainer, pemusik, pembantu rumah tangga, penyair, hingga senator. Lalu, siapa yang harus dikorbankan?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

'The Philosophers' merupakan film ke-3 karya sutradara John Huddles. Deretan pemain utama dalam film ini didatangkan langsung dari Hollywood. Ada Sophie Lowe, Rhys Wakefield (Sanctum), Bonnie Wright (franchise Harry Potter), James D’Arcy (Cloud Atlas), Daryl Sabara (Spy Kids), Freddie Stroma (Harry Potter), dan Katie Findlay. Bintang blasteran Jerman-Indonesia, Cinta Laura Kiehl juga ikut bermain sebagai Utami.

Film produksi Olive Branch Productions dan SCM ini melakukan pengambilan gambar di sejumlah kawasan Indonesia, seperti Pulau Belitung, Candi Prambanan, dan Gunung Bromo. Ketiga tempat tersebut merupakan lokasi utama sebagai latar skema bencana nuklir dalam cerita.

'The Philosophers' bisa jadi lebih menarik dari sekadar menyaksikan warewolf yang memamerkan perut sixpack-nya, atau vampir ganteng dengan kulit berkilauan. Falsafah-falsafah dari para filsuf terkenal bertebaran di sepanjang dialog. Tapi, Huddles menampilkannya bukan dengan cara kuliah lewat kutipan-kutipan ala motivator, melainkan sebagai dasar pemikiran yang dijadikan perbandingan para karakternya.

Dengan menampilkan bintang-bintang yang berpotensi menjadi idola para remaja (meskipun tak seterkenal Kristen Stewart, Robert Pattinson atau Taylor Lautner), 'The Philosophers' seolah sudah memposisikan target pasar mereka. Sedikit bumbu drama percintaan dan komedi cukup memberikan kesegaran dari dialog-dialog berat yang mungkin membutuhkan waktu sedikit lebih banyak untuk dicerna.

Jika Anda ingin mendapat tontonan dengan cerita yang berbeda dari film remaja kebanyakan, maka 'The Philosophers' bisa menjadi pilihan yang menarik. Tetapi, apabila Anda ingin ke bioskop hanya untuk terhibur tanpa perlu menghabiskan energi melahap film yang sedikit 'mikir' (seperti menikmati 'Inception'), silakan kembali ke rumah dan menonton DVD 'Twilight'.

(ich/mmu)

Hide Ads