Sujiwo Tejo melalui zaman yang berbeda lewat kariernya sebagai aktor. Ada perbedaan yang ia rasakan. Bila dulu akting menjadi hal yang digali dalam di sebuah karya film, kini berbeda.
"Awal 1990-an itu pemain bener-bener dikontrol sama sutradara. Generasi sekarang menurutku, yang penting gambarnya bagus. Mereka ngontrol kamera, cahaya, pemainnya agak dilupakan. Kritikku gitu," urai Sujiwo Tejo.
Dalam hal ini, ia punya pengalaman sendiri. Tak jarang, demi gambar yang bagus, sutradara rela mengulang adegan sebanyak mungkin mengesampingkan akting aktornya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Misalkan aktingnya bagus di pengambilan gambar ketiga, ternyata cahayanya kurang terus take lagi keempat. Ketika gambarnya bagus nah akting udah mulai berkurang (dari sisi) powernya, saya kira begitu. Aku sering mengalami itu," tuturnya lagi.
![]() |
Di sisi lain, sebagai aktor senior, Sujiwo Tejo juga memperhatikan aktor-aktor muda masa kini. Ia menilai, aktor kebanyakan saat ini, tak memiliki sense out of the box.
"Mereka kalau menerima skrip langsung dibaca aja. Mereka nggak sadar kalau itu adalah bahasa teks," ujar Sujiwo Tejo
"Misalnya 'Ali-ali, kamu sudah membicarakan itu dengan ayahmu?'. Nggak mungkin kan dalam bahasa (kata-kata) seperti itu, tapi itu tetep dibaca rata-rata. Kalau aktor-aktor yang niatnya mengimprovisasikan, nggak banyak. Paling 20 persen. Tapi secara teknik, kita punya gambar-gambar film bagus-bagus sekarang," tuturnya.
(doc/imk)