Jakarta - Tahun politik menjadi tahun yang agak suram bagi dunia seni pertunjukan Tanah Air. Tak banyak seni pertunjukan yang terselenggara sepanjang tahun ini namun karya luar biasa di bawah ini patut diacungi jempol.
Jelang akhir tahun, detikhot memberikan apresiasi pada insan kreatif yang berkarya tahun ini. Berikut 10 seni pertunjukan terhot sepanjang 2019 dalam urutan acak, di antaranya:
1. I La Galigo
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: Image Dynamics/ Istimewa
Ribuan halaman yang ada dalam 'Sureq Galigo' diadaptasi menjadi seni pertunjukan 'I La Galigo'. Naskah klasik I Galigo sukses diselenggarakan pada 5,6, dan 7 Juli 2019 di Ciputra Artpreneur Theatre, Jakarta.
Tak butuh kemegahan lainnya bagi 'I La Galigo' untuk disebut sebagai karya kelas dunia. Dengan nama besar 'Sureq Galigo' yang sudah melegenda seperti 'Ramayana' dan 'Mahabharata', 'I La Galigo' menjadi pertunjukan terbaik tahun ini.
2. Para Pensiunan 2049
Foto: Teater Gandrik/ Istimewa
Di perayaan ke-36 tahun, Teater Gandrik menggelar pertunjukan 'Para Pensiunan 2049'. Tema yang dihadirkan pun soal kematian dan korupsi di tengah kondisi sosial politik Tanah Air di tahun 2019.
Tampil selama 2,5 jam, Teater Gandrik sukses mengocok perut penonton dengan dialog yang renyah, segar, dan dibawakan secara jenaka. Latarnya adalah 30 tahun setelah 2019 atau ketika korupsi semakin merajalela sampai dibuatkan UU Pelakor.
3. J.J Sampah-sampah Kota
Foto: Istimewa/Teater Koma
Pertunjukan Teater Koma yang berjudul 'J.J Sampah-Sampah Kota' digelar pada November 2019 di Graha Bhakti Budaya, TIM, Jakarta Pusat.
Selama 3 jam lamanya, penonton akan melihat perjuangan Jian dan Juhro yang merupakan warga kolong jembatan terhimpit oleh kondisi sosial ekonomi. Lakon juga terasa renyah dengan sentilan tentang kondisi politik dan sosial yang terjadi di Indonesia.
4. Musikal 'Cinta Tak Pernah Sederhana'
Foto: Noel/ detikHOT
Titimangsa Foundation sukses membuat pertunjukan di awal tahun 2019. Musikal puisi-puisi cinta yang berjudul 'Cinta Tak Pernah Sederhana'. Dialog yang dibuat Agus Noor dirangkai dari potongan-potongan puisi menjadi naskah teater.
Sederet pemain seperti Reza Rahadian, Marsha Timothy, Sita NUrsanti, Chelsea Islan hingga aktor Butet Kartaredjasa main dalam pertunjukan tersebut.
5. Drama Wayang 'Sang Penjaga Hati'
Foto: Swargaloka/ Istimewa
Tak banyak seni pertunjukan yang memadukan antara drama wayang orang, musikal, dan koreografi berkualitas. Pada Juni 2019, Swargaloka menghadirkan lakon 'Sang Penjaga Hati' yang dibuat dalam bahasa Indonesia dan gaya kekinian untuk generasi milenial.
6. Goro-Goro: Mahabarata 2
Foto: Image Dynamics/ Istimewa
Tahun ini, pentas 'Goro-goro: Mahabarata 2' adalah karya terbaik di yang dimainkan Teater Koma. Riset ke Desa Ciptagelar, 100 persen teknologi multimedia, kemegahan artistik, kostum yang memanjakan mata dan akting para pemain senior tak diragukan lagi.
7. Wayang Golek 'Den Kisot'
Foto: Doc. Komunitas Salihara/Witjak Widhi Cahya
Dari kisah klasik khas Spanyol 'Don Quijote', sebuah pertunjukan digelar di Komunitas Salihara, Jakarta Selatan pada Juli 2019. Nama Don Quijote diplesetkan menjadi Den Kisot asal Tanah Sunda.
Garapan Edo Suanda yang menggabungkan antara panggung teater, wayang golek, dan akting pemain mamp melahirkan genre baru di dunia pertunjukan.
8. Aku Anak Rusun
Foto: (Tia Agnes/ detikHOT)
Di penghujung tahun 2019, operet 'Aku Anak Rusun' kembali digelar di Ciputra Artpreneur Theatre, Jakarta. Digagas oleh Veronica Tan, lakonnya memadukan antara musikal, koreografi para penari dan pemain yang berasal dari anak-anak rusun yang tinggal di Jakarta.
9. Nyanyi Sunyi Revolusi
Foto: Seno/ detikHOT
Kembali ke awal tahun 2019, Titimangsa Foundation menggelar pentas 'Nyanyi Sunyi Revolusi' yang diambil dari sosok penyair Amir Hamzah. Lukman Sardi hingga Prisia Nasution turut andil.
Uniknya pentas ini menghadirkan sosok Amir Hamzah yang berada di antara kemelut Revolusi Sosial Hindia Belanda saat itu.
10. Opera Gandari
Foto: Tia Agnes
Opera 'Gandari' tak sekadar cerita Mahabarata pada umumnya. Opera yang dipentaskan di Jakarta dan Frankfurt itu hadir dalam konsep kontemporer, dengan campur tangan Christine Hakim sebagai narator dan Peter Veale sebagai pengaba.
Pentas ini pun dipuji oleh pencinta musik klasik dan cerita Mahabarata di penghujung tahun 2019.