Putra sulung Jeihan, Atasi Amin, mengungkapkan kondisi kesehatan almarhum dalam beberapa waktu terakhir semakin menurun. Sejak 2007 ayahnya sudah mengidap penyakit ginjal. Dia melakukan perawatan agar kondisinya tetap prima.
Pada akhir 2018, ayanya divonis mengidap kanker getah bening. Di awal 2019 almarhum sempat menjalani operasi di salah satu rumah sakit di Malaysia untuk mengobat kanker yang dideritanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bapa memiliki (gangguan) ginjal karena pernah di transplantasi. Jadi dia tergantung obat. Kemudian ada kanker dan ternyata kanker sudah menyebar kemana-mana," kata Atasi, di Studi Jeihan, Jalan Padasuka, Kota Bandung, Jumat (29/11/2019).
Setelah dari situ, Jeihan selalu keluar masuk rumah sakit untuk menjalani pengobatan. Pada pekan ini, Jeihan juga sempat menjalani perawatan. Namun sekitar Rabu (27/11/2019) almarhum dibawa pulang karena kondisinya yang sudah semakin memburuk.
"Udah enggak sadar, karena transfusi darah enggak masuk, tubuhnya sudah menolak," ucapnya.
Dia mengungkapkan, ayahnya meninggal dengan tenang. Bahkan menurutnya, almarhum sudah siap menghadapi ajalnya. "Tenang, dan keliatannya sudah siap," ujarnya.
Maestro lukis Jeihan tutup usia di usianya yang ke 81 tahun. Pelukis kenamaan tanah air ini meninggal dengan tenang di studio miliknya, di Jalan Padasuka, Kota Bandung, Jumat (29/11/2019) sekitar pukul 18.15 WIB.
Jeihan tutup usia, dengan meninggalkan 6 anak terdiri dari 4 pria dan 2 anak perempuan. Dia juga memiliki 11 cucu.
(dar/dar)