Kehidupan di Arendelle tetap baik-baik saja setelah kejadian di film 'Frozen' pertama yang dirilis enam tahun lalu. Anna (disuarakan oleh Kristen Bell) masih baik-baik saja.
Kristoff (disuarakan oleh Jonathan Groff) masih kikuk dan sekarang sedang kebingungan bagaimana cara melamar Anna dengan baik dan benar. Sven si rusa kutub masih tetap berkomentar tentang apapun yang ada di sekitarnya dengan ekspresi wajahnya yang lucu.
Olaf (disuarakan oleh Josh Gad) masih tetap menjadi sumber utama kelucuan ini. Sekarang Olaf sedang dalam krisis identitas karena waktu telah berjalan dan dia akan menjadi dewasa. Dan para warga sekitar tetap hidup berbahagia.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada aura petualangan di dalamnya. Dan Elsa yang sedang agak bosan di Arendelle merasa bahwa suara ini akan membawanya pergi. Dan dia benar. Suatu malam, tiba-tiba empat elemen terpenting untuk hidup di Arendelle menghilang.
Semua warga harus diungsikan. Satu-satunya cara untuk mencari jawaban ini adalah dengan pergi ke Hutan, tempat misterius yang pernah diceritakan oleh Papa dan Mama Elsa dan Anna. Bersama dengan Kristoff, Olaf dan Sven, Anna dan Elsa pun pergi. Dan petualangan menanti mereka.
'Frozen' berakhir dengan bahagia. Karena tentu saja ini adalah film keluarga dan merupakan animasi Disney. Happy ending adalah kewajiban. Biasanya happy ending tidak diikuti dengan sekuel. Tapi kita berbicara Disney, salah satu raksasa kapitalis di dunia entertainment terbesar.
Dengan modal animasi yang menggemaskan dan lagu 'Let It Go' yang sepertinya pernah diputar di setiap rumah di seluruh dunia, 'Frozen' menjadi sebuah hit yang tidak terduga ketika dirilis enam tahun lalu.
Seberapa hit? Film tersebut mendapatkan total box office sampai 1,2 milyar dollar dari pendapatan tiketnya di seluruh dunia. Dan ini belum termasuk dari penjualan home video, rights untuk televisi, penjualan merchandise (karena tentu saja bocah-bocah cilik mau boneka Olaf) dan lain sebagainya. Frozen bukan lagi sebuah hiburan. Dia menjadi sebuah aset yang harus dilestarikan.
Dan aset tersebut benar-benar dilestarikan dengan sekuel pertamanya (saya yakin kalau 'Frozen II' sukses besar, sekuelnya akan segera menanti) yang dirilis tahun ini. Dan setelah saya menonton 'Frozen II', saya yakin bahwa Frozen II lebih pantas disebut sebagai produk daripada film.
Berkaca dari 'Toy Story'
Alasan pertamanya adalah secara plot 'Frozen II' tidak menawarkan apa-apa yang lebih daripada sekedar petualangan.
Ditulis oleh Jenniferr Lee, Chris Buck, Marc E. Smith dan juga duo penulis Kristen Anderson-Lopez dan Robert Lopez, cerita 'Frozen II' lumayan agak membosankan.
Banyak sekali misteri yang ia tutup-tutupi untuk membuat mitologi ceritanya terkesan menyeramkan. Sebenarnya hal ini sah-sah saja dilakukan.
Hanya saja yang membuatnya jadi tidak asyik untuk dikunyah ketika pembuat filmnya (sutradara Chris Buck dan Jennifer Lee kembali duduk sebagai sutradara) mengungkap rahasia tersebut kepada penonton dan rahasianya ternyata sama sekali tidak mengejutkan. Alias bisa ditebak.
![]() |
Tentu saja kita bisa berargumen bahwa 'Frozen II' adalah film anak-anak dan film anak-anak seharusnya tidak perlu dibuat pintar atau cerdas. Yang penting anak-anak suka, selesai sudah. Dan saya paham argumen ini.
Tapi saya mau mengingatkan sekali lagi bahwa Disney juga mempunyai franchise yang juga nasibnya mirip tapi mereka jauh lebih kreatif dalam mengembangkan cerita. Seperti halnya 'Frozen', serial Toy Story juga tidak perlu dibuat sekuelnya.
Ketika film pertamanya rilis, endingnya menutup kemungkinan untuk ada sekuelnya. Endingnya selalu manis dan kisahnya bulat. Ada closure di dalamnya.
Tapi ketika sekuel 'Toy Story' dibuat, entah itu sekuel pertama atau bahkan sekuel ketiga yang rilis tahun ini, pembuat serial 'Toy Story' tahu bagaimana cara membuat penonton tetap engage. Selalu ada cerita yang ia ceritakan. Meskipun temanya sama, yaitu "menjadi dewasa", tapi 'Toy Story' selalu menarik untuk disaksikan. Dan hal tersebut tidak Anda temui di 'Frozen II'.
Bagi penonton anak-anak 'Frozen II' mungkin akan tetap menghibur. Banyak jokes-jokes receh berkeliaran. Terutama dari Olaf dan Kristoff. Tapi bagi penonton dewasa, 'Frozen II' mungkin terasa seperti siksaan. Semua hal yang ada di film pertamanya, ada di sini.
![]() |
Momen-momen musikalnya juga tetap banyak. Dan karena yang membuat lagu-lagu tersebut adalah pemenang Oscar, maka bersiaplah Anda mendengar lagu-lagu yang kemungkinan akan menjadi 'Let It Go' bagian kedua.
Kalau ada yang bisa dipuji dari 'Frozen II', mungkin adalah presentasi animasinya. Dengan bujet ratusan juta, tentu saja penonton akan mendapatkan animasi top notch dari Disney.
Kali ini kita akan melihat suasana musim gugur yang sungguh melenakan. Dan ada beberapa visual, terutama ketika Elsa berjuang sendirian di tengah lautan, yang melibatkan air dan kuda air yang akan membuat Anda merinding saking kerennya.
Dan tokoh-tokoh baru bermunculan, terutama si makhluk kecil berwarna ungu yang mengeluarkan api magenta, akan membuat si kecil makin keranjingan 'Frozen'.
Jika Anda menyukai film pertamanya, 'Frozen II 'jelas patut ditonton. Film ini jelas harus Anda tonton kalau Anda mau membuat putra, putri atau keponakan Anda tersenyum kesenangan. Tapi jika Anda tidak begitu klik dengan film pertamanya, 'Frozen II' sama sekali bukan untuk Anda.
(doc/doc)