Hari Wayang Sedunia, 24 Dalang Tampilkan Lakon 24 Jam Nonstop di Sragen

Hari Wayang Sedunia, 24 Dalang Tampilkan Lakon 24 Jam Nonstop di Sragen

Andika Tarmy - detikHot
Kamis, 07 Nov 2019 13:35 WIB
1.

Hari Wayang Sedunia, 24 Dalang Tampilkan Lakon 24 Jam Nonstop di Sragen

Hari Wayang Sedunia, 24 Dalang Tampilkan Lakon 24 Jam Nonstop di Sragen
Foto: Andika Tarmy/detikcom
Sragen - Sebanyak 24 dalang berkolaborasi dalam pagelaran wayang kulit dalam rangka peringatan Hari Wayang Sedunia di Alun-alun Sasana Langen Putro, Sragen. Pagelaran wayang ini digelar 24 jam nonstop dan tampil bergantian membawakan 24 lakon yang berbeda. Pagelaran wayang ini dimulai hari ini pukul 09.00 WIB, dan dijadwalkan berakhir esok hari pada jam yang sama.

24 dalang yang tampil tersebut antara lain, Ki Juyadi Sabar Sadono (Arimbi Tundung), Ki Raffi (Anoman Duto), Ki Pandu GS (Bargowo), Ki Bamar Dandun (Pedhut Sumilak), Ki Gading P (Gatotkoco Jedi), Ki Sumanto BP (Gatotkoco Rante), Ki Guntur GP (Gondomono Luweng), Ki Dwi Samekto (Dewaruci), Ki Aji Mulyanto (Rajamala), Ki Totok Sugiyarto (Romo Parasu), Ki Agung Mulyanto (Bedhahe Maespati), Ki Singgih Windarto (Bedhahe Prambanan), Ki Bambang Sarjito ( Sesaji Rajasuya).



Hari Wayang Sedunia, 24 Dalang Tampilkan Lakon 24 Jam Nonstop di SragenFoto: Andika Tarmy/detikcom

Kemudian ada Nyi Tutik Cempluk (Sawitri), Ki Gepeng (Nagatatmala), Ki Eko Sosro (Gatotkoco Wisudo), Ki Anom Sunarto (Nugroho Sejati Suci), Ki Hartono (Petruk Lali), Ki Suwagi Gondo Asmoro (Mbangun Maerokoco), Ki Sumadi (Bedhahe Bungkus), Ki Jarot Suwarno (Batlowo), Ki Kemi Jegol (Laire Antigo), Ki Deki (Abimanyu Tundung), dan Ki Suparno (Murwokala).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua panitia pagelaran wayang, Ki Bambang Sarjito, mengatakan pagelaran wayang kolaborasi 24 dalang ini baru pertama kali digelar di Sragen. Pagelaran ini diprakarsai Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Sragen, sebagai wadah untuk menguatkan persatuan dalang khususnya di wilayah Sragen.

"Untuk memperingati 16 tahun wayang diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Juga memberi kesempatan dalang-dalang di Sragen untuk mengekspresikan karyanya di dunia pedalangan," kata Bambang kepada wartawan, Kamis (7/11/2019).


Bambang melanjutkan, seluruh dalang yang tampil, merupakan dalang asli Sragen. Meskipun ada beberapa dalang yang berasal dari luar daerah seperti Bandung dan Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, namun seluruhnya merupakan kelahiran Sragen. Masing-masing dalang diberikan waktu satu jam untuk mementaskan lakon masing-masing. Pantitia mewajibkan para dalang mementaskan lakon yang berbeda-beda.

"Memang kita minta pentaskan lakon yang berbeda. Untuk memperkaya perbendaharaan, bahwa teman-teman dalang di Sragen menguasai banyak lakon," imbuhnya.

Dengan waktu yang hanya satu jam, lanjut Bambang, para dalang dituntut piawai untuk mengatur alur sehingga lakon yang dibawakan bisa tersampaikan dengan baik.



"Pentas sejam tidak jadi masalah. Yang terpenting tidak menghilangkan urutan pathet dan tidak lari dari kerangka lakon itu sendiri. Diharapkan semuanya menggarap sanggit. Jadi dikuatkan penyampaian filosofi wayang lewat sanggitnya," terang Bambang.

Sementara ketua Pepadi Jawa Tengah,Sebanyak 24 dalang berkolaborasi dalam pagelaran wayang kulit dalam rangka peringatan Hari Wayang Sedunia di Alun-alun Sasana Langen Putro, Sragen. Pagelaran wayang ini digelar 24 jam nonstop dan tampil bergantian membawakan 24 lakon yang berbeda. Pagelaran wayang ini dimulai hari ini pukul 09.00 WIB, dan dijadwalkan berakhir esok hari pada jam yang sama.

24 dalang yang tampil tersebut antara lain, Ki Juyadi Sabar Sadono (Arimbi Tundung), Ki Raffi (Anoman Duto), Ki Pandu GS (Bargowo), Ki Bamar Dandun (Pedhut Sumilak), Ki Gading P (Gatotkoco Jedi), Ki Sumanto BP (Gatotkoco Rante), Ki Guntur GP (Gondomono Luweng), Ki Dwi Samekto (Dewaruci), Ki Aji Mulyanto (Rajamala), Ki Totok Sugiyarto (Romo Parasu), Ki Agung Mulyanto (Bedhahe Maespati), Ki Singgih Windarto (Bedhahe Prambanan), Ki Bambang Sarjito ( Sesaji Rajasuya).




Kemudian ada Nyi Tutik Cempluk (Sawitri), Ki Gepeng (Nagatatmala), Ki Eko Sosro (Gatotkoco Wisudo), Ki Anom Sunarto (Nugroho Sejati Suci), Ki Hartono (Petruk Lali), Ki Suwagi Gondo Asmoro (Mbangun Maerokoco), Ki Sumadi (Bedhahe Bungkus), Ki Jarot Suwarno (Batlowo), Ki Kemi Jegol (Laire Antigo), Ki Deki (Abimanyu Tundung), dan Ki Suparno (Murwokala).

Ketua panitia pagelaran wayang, Ki Bambang Sarjito, mengatakan pagelaran wayang kolaborasi 24 dalang ini baru pertama kali digelar di Sragen. Pagelaran ini diprakarsai Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Sragen, sebagai wadah untuk menguatkan persatuan dalang khususnya di wilayah Sragen.

"Untuk memperingati 16 tahun wayang diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Juga memberi kesempatan dalang-dalang di Sragen untuk mengekspresikan karyanya di dunia pedalangan," kata Bambang kepada wartawan, Kamis (7/11/2019). Untung Wiyono, menyambut baik pagelaran wayang ini. Pihaknya berharap kegiatan ini mampu mendongkrak lagi popularitas dalang, terutama di generasi muda. Sosialisasi budaya wayang ini penting, terutama bagi keberlangsungan wayang itu sendiri di tengah gerusan arus modernisasi.

"Sebenarnya wayang masih lumayan populer, bahkan di luar Jawa. Saya menyaksikan pementasan di Kalimantan, disana penontonya bahkan mencapai 20 ribu orang. Dan semua bertahan (menonton) hingga dalang turun panggung, ujar mantan Bupati Sragen ini.

Untung berharap kegiatan serupa terus digalakkan untuk terus menggelorakan budaya wayang kulit di Tanah Air.

Hide Ads