Lewat video di channel YouTube-nya, Pandji merespons orang-orang yang menganggap telah menyesal memilih Jokowi. Ia juga melempar balik pertanyaan ke para pendukung Prabowo Subianto.
"Video ini dibuat untuk merespons beberapa anggapan bahwa para pemilih menyesal memilih Jokowi. Sebelum gue cerita panjang lebar soal topik ini, gue mau menyapa teman-teman pemilih Prabowo terutama, memang banyak yang bilang nyesal kan lo milih Jokowi," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau memang lo bilang ke pemilih Jokowi, nyesal kan lo, gue punya pertanyaan pendek sih, Prabowo pernah ngomong apa terkait semua isu itu? Prabowo bikin pernyataan apa? Mengkritik Jokowi? Menolak itu semua? Apa Prabowo bikin pernyataan apa? Nggak ada kan? Nggak bersuara seperti lo, nggak lantang seperti lo, nggak mengkritik seperti lo, nggak menunjukkan posisinya seperti lo. Jadi pertanyaan gue adalah nyesal nggak lo milih Prabowo?" sambungnya.
Bagi Pandji Pragiwaksono, orang yang menggaungkan menyesal memilih Jokowi adalah pribadi yang aneh. Ia menganggap mereka masih puber politik.
"Makanya omongan-omongan kayak kan nyesal lo milih Jokowi, ah nyesal kan lo milih Prabowo, itu sebenarnya aneh menurut gue. Dan sesungguhnya itu hanya menggambarkan bahwa lo puber politik, karena orang yang bilang nyesal kan lo milih si ini, itu menurut gue, baru saja mengungkapkan bahwa dia itu kayaknya baru sekali terlibat pemilu," tuturnya.
Menurut Pandji Pragiwaksono, siapa pun yang dipilih sebagai pemimpin, hasilnya pasti dapat mengecewakan banyak orang suatu saat. Sebab, ia sudah merasakannnya beberapa kali memilih pemimpin.
"Karena kalau dia ikut berkali-kali kalau yang sekarang dia milih, terus 2014 dia milih, terus sebelumnya milih lagi, 4 kali deh, itu yang gue alami. Kalau lo milih beberapa kali, lo bakal tahu yang lo pilih itu akan mengecewakan, sudah pasti," katanya.
Di sisi lain, Pandji Pragiwaksono tak akan menyesal memilih pemimpin yang sudah dicoblos. Sebab, ia mengetahui pemimpin itu mengurusi banyak keperluan dan memberikan keputusan yang bakal menimbulkan pro-kontra.
"Karena orang yang lo pilih ini akan ambil keputusan dan tidak semua keputusan untuk lo, karena yang hidup yang dia pimpin bukan cuma lo. Kalau dia presiden, yang dia pimpin bukan cuma lo, tapi satu negara. Dan itu wajar saja kalau keputusannya yang diambil untuk orang lain bukan keputusannya yang nggak lo suka," ucapnya.
(mau/kmb)