Dia adalah Andrita Yuniza Orbandi. Perempuan kelahiran 1994 ini makin eksis berprofesi sebagai seniman dan menyentil berbagai isu lingkungan yang ada di sekitarnya. Baru-baru ini, Andria memenangkan juara kedua Kompetisi Karya Trimatra Salihara 2019.
Ia menampilkan karya instalasi berjudul 'Mooi Indie 21st Century' di Galeri Salihara, Jakarta Selatan. Di karya tersebut, ia mengangkat sampel air sungai Citarum hingga Citarik di Bandung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya menemukan fakta air sungai telah memiliki corak dari campuran fosfat atau jingga, nitrat atau kuning, kromium atau hijau, feses sapi, dan zat kimia hasil limbah industri," ujarnya ketika diwawancarai detikcom, belum lama ini.
![]() |
Sebelum mengangkat tema lingkungan di kompetisi tersebut, sebelumnya ia terpilih dalam pameran kolektif seniman perempuan 'Into the Future' di Galeri Nasional Indonesia tahun ini. Karya instalasinya pun hadir di ArtJog 2019 yang berjudul 'Whirlwind of Time'.
Ratusan dahan dan batang ranting pohon-pohon yang ditebang dan terbuang disusunnya mirip dengan sarang burung. Ia membangun struktur utama karyanya dengan mengadopsi bentuk pusaran angin puyuh. Karyanya pun mendapat perhatian publik Yogyakarta kala itu.
Andrita pun mendapatkan anugerah 'Young Artist Award' di gelaran Art Jog 2019. Bagaimana kiprahnya kali ini? Simak artikel berikutnya.
(tia/doc)