Sebelum menonton film yang disutradarai Hanung Bramantyo itu, ada baiknya membaca novel 'Bumi Manusia' karya Pramoedya Ananta Toer dan tiga novel lainnya. detikHOT pun sudah merangkum fakta-fakta dari novel 'Bumi Manusia' yang bakal melengkapi detail dari film. Berikut di antaranya:
1. Tak Sekadar Kisah Cinta Minke dan Annelies
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di depan kami berdiri seorang gadis berkulit putih, halus, berwajah Eropa, berambut dan bermata Pribumi. Dan mata itu, mata berkilauan itu seperti sepasang kejora dan bibirnya tersenyum meruntuhkan iman." (hal.26)
Konflik percintaan keduanya kontras, pribumi yang jatuh cinta terhadap perempuan kulit putih. Namun 'Bumi Manusia' melampaui kisah cinta mereka, ada represi yang coba didobrak dan tatanan sosial yang coba 'dihancurkan' oleh Annelies dan Minke.
Baca juga: Jejak Langkah Pramoedya Ananta Toer |
2. Kehidupan Nyai Ontosoroh yang Keras
Sosok Nyai Ontosoroh pertama dikenalkan Pramoedya Ananta Toer dalam novel ini. Di usia 14 tahun, perempuan yang bernama asli Sanikem itu dijual orang tuanya kepada pengelola Boerderij Buitenzorg. Lalu dijadikan istri simpanan yang kemudian dipanggil Nyai.
Sebagai seorang Nyai pribumi, kehidupannya semakin keras setelah Tuan Mellema meninggal. Dia mempertahankan apa yang menjadi haknya yang selama ini terempas, berusaha melawan pengadilan putih dan aturan sosial di masanya.
3. Dobrakan Tatanan Sosisal
Minke, Nyai Ontosoroh, dan Annelies adalah contoh Pramoedya Ananta Toer untuk mendobrak tatanan sosial yang terjadi. Lewat karakter-karakter yang diciptakan Pram, 'Bumi Manusia' menjadi pondasi kokoh bagi Tetralogi Buru.
(tia/doc)