Hari itu ternyata karma Stu sedang tidak begitu bagus karena Vic (Dave Bautista) masuk ke dalam mobilnya. Dengan badan yang besar dan hobinya yang suka memerintah, Vic meminta Stu untuk berputar-putar LA demi menangkap gembong narkoba bernama Tedjo (Iko Uwais) yang sudah ia kejar selama enam bulan terakhir. Stu tidak ada pilihan lain untuk mengikuti perintah Vic. Dan walaupun awalnya pertemuan mereka sangat mengesalkan pada akhirnya keduanya terlibat dalam sebuah petualangan yang merubah hidup keduanya.
Kehadiran Stuber sebenarnya tidak akan menjadi spesial jika ia dirilis pada dekade 90-an. Di era tersebut, buddy comedy dengan bumbu action seperti ini banyak kita temukan setiap saat. Hollywood bahkan membuat Lethal Weapon sampai empat jilid. Belum lagi Bad Boys dan beberapa judul buddy comedy lainnya yang mempunyai formula yang sama. Entah kenapa menyaksikan dua kepribadian yang bertolak belakang terlibat dalam sebuah kasus kriminal ternyata menjadi hiburan yang cukup menyenangkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fakta bahwa Stuber, sebuah produk dari studio besar, dirilis pada musim panas 2019 adalah sebuah anomali yang patut diapresasi. Berbeda dengan era 90-an, kita jarang menyaksikan film seperti ini di bioskop. Film-film yang nuansanya seperti Stuber biasanya langsung berakhir di Netflix. Untuk itulah kehadiran Stuber diantara para mutan, pahlawan Marvel, singa dan jin serta mainan yang bisa berbicara dari Disney merupakan sebuah undangan yang sangat menarik. Meskipun hasil akhirnya ternyata tidak menghasilkan bintang lima seperti yang diharapkan.
![]() |
Tapi setidaknya diatas kertas Stuber memiliki bumbu-bumbu yang tepat untuk menjadikannya sebuah buddy comedy yang dahsyat. Sutradara Michael Dowse (sutradara dari Goon dan What If yang dibintangi oleh Zoe Kazan dan Daniel Radcliffe) memilih talent yang tepat untuk menjadi komandan film ini. Membuat buddy comedy tanpa aktor yang mempunyai comic timing yang bagus sama seperti berjalan ke gurun tanpa peta. Dan Dowse berhasil untuk tidak tersesat dengan memilih Kumail Nanjiani dan Dave Bautista sebagai pasangan utama Stuber.
Kumail Nanjiani adalah komedian yang sangat lucu. Kalau Anda menonton The Big Sick atau serial Silicon Valley di HBO, Anda pasti tahu bahwa Nanjiani adalah seorang komedian yang sangat bagus. Ia tahu bagaimana cara menyampaikan dialog dengan baik dan bermain dengan fisiknya. Body languagenya tepat. Ketika dia frustasi, ketakutan atau bahkan terlalu excited, Anda bisa melihatnya dari sorot matanya. Begitu juga dengan Dave Bautista. Anda mungkin tidak akan menyangka bahwa seorang mantan atlit gulat bisa mempunyai kemampuan aktimg sebaik dia. Dia bisa tampil serius dan efektif seperti yang dilakukan di Blade Runner 2049 tapi dia juga mempunyai sisi komedi yang sungguh apik seperti yang dia tunjukkan dalam dua jilid Guardians of the Galaxy.
Baca juga: Iko Uwais Jadi Antagonis Hollywood |
Stuber berhasil menjadi tontonan yang sangat entertaining ketika kita melihat Nanjiani dan Bautista saling adu argumen. Ketika keduanya saling menyerang, seperti yang terjadi ketika keduanya berada dalam toko, Stuber berhasil menjadi sebuah buddy comedy yang aduhai. Melihat bagaimana seorang Stu yang sangat woke harus berhadapan dengan Vic yang mempunyai sisi masculinity yang sangat toxic ternyata memang berhasil membuat tertawa. Sayangnya tawanya berhenti sampai disitu.
![]() |
Yang dilakukan oleh penulis skrip Tripper Clancy adalah semua rute termudah yang bisa seorang penulis skrip lakukan saat ia menulis sebuah buddy comedy. Seperti layaknya sopir Uber yang ingin mengantarkan penumpangnya ke tempat tujuan secepat mungkin, Clancy mengikuti semua formula yang ada di genre ini tanpa ada sedikit pun usaha untuk membuatnya menjadi berbeda. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan itu jika semua rute yang diambil Clancy terasa original. Sayangnya rute yang diambil Clancy sangat basi.
Semua jokes yang ada di film ini terasa seperti reka ulang dari film-film serupa. Hubungan ayah-anak yang menjadi sub-plot utama film ini nampak sekali kegaringannya. Twist yang ada di akhir film Anda bisa tebak tanpa Anda berfikir keras. Dan penggambaran karakter penjahatnya sungguh sungguh lemah. Sayang sekali mengingat Stuber memiliki Iko Uwais yang bisa diolah untuk menjadi lebih dari sekedar gangster narkoba yang jago berkelahi.
Kalau tujuan utama pembuat film ini adalah membuat Anda duduk manis di bioskop dengan film yang bukan merupakan sekuel atau remake, Stuber bisa menjadi alternatif utama. Kalau Anda muak dengan produk Disney atau film superhero, Stuber bisa menjadi pilihan. Karena bahkan dengan plot dan jokesnya yang sangat generik setidaknya dia memberikan pilihan yang berbeda. Tapi sebagai buddy comedy, saya tidak bisa memberikan bintang lima kepada film ini.
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
(tia/tia)