Teddy Adhitya Obati Trauma Lewat Musik

Teddy Adhitya Obati Trauma Lewat Musik

Dyah Paramita Saraswati - detikHot
Minggu, 30 Jun 2019 17:38 WIB
Foto: Dyah Paramita Saraswati/ detikHOT
Jakarta - Teddy Adhitya menghabiskan masa kecilnya di Ambon, Maluku. Kala itu ia menghabiskan waktunya sebagai anak kecil kebanyakan.

Pelantun 'In Your Wonderland' itu adalah bocah yang selalu tak sabar menunggu hari Minggu untuk menonton kartun di televisi. Cerita detektif Conan menjadi favoritnya.

Hidup Teddy Adhitya berubah saat ia menginjak usia delapan tahun. Kerusuhan antar umat beragama pecah di Ambon pada 1999.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peristiwa itu tak hanya memisahkannya pada tanah dimana ia menghabiskan masa kecil, namun juga meninggalkan trauma yang mendalam untuknya.

"Ya ngelihat rumah dibakar, orang tergeletak di jalan dengan isi perut keluar, di got ada kaki, kepala, tangan, itu masih melekat banget di kepala," kenang Teddy getir saat ditemui di Gunawarman, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.



Di usia sekecil itu, Teddy harus melihat beberapa anggota keluarganya menjadi korban dari kerusuhan itu.

Meski menuturkan ceritanya dengan santai, penyanyi berdarah Ambon Kelahiran Yogyakarta itu sempat terhenti dari ceritanya. Ia menolak melanjutkan bagian kerusuhan karena ia mengaku akan menangis bila mengenang masa-masa kelam itu.

Sembuh Karena Musik

Teddy Adhitya keluar dari Ambon menggunakan Kapal menuju Manado. "Habis itu gue ke Yogyakarta, jadi gue lulus SD di Yogyakarta," ungkapnya.

"Gue SD enam kali pindah, SMP tiga kali pindah, SMA dua kali pindah. Setelah lulus SMA baru ke Jakarta, SMP sempat di Jakarta cuma dua semester," ceritanya.

Musisi R&B itu kemudian menemukan musik sebagai penyembuh. Lewat proses menuliskan lagu, ia bisa menuangkan apapun yang ia rasakan.

Teddy Adhitya Obati Trauma Lewat MusikFoto: Monica Arum


Perlahan-lahan rasa takutnya hilang. Perasaan itu justru berganti menjadi rasa cinta pada musik.

"Musik (yang menyembuhkan). Dulu traumanya sampai SMA pun masih. Bunyi tiang listrik diketok itu kalau di sana (Ambon) itu tanda serangan, kalo di (pulau) Jawa kan jam ronda. Jaman SMA gue denger orang ketok tiang listrik itu gue masih demam, ngelihat api demam, banyak takut macam-macam karena masih kecil yang dilihat kayak gitu jadi traumanya membekas," urainya.

"Alhamdulillah gue punya musik, akhirnya gue menceritakan apapun yang gue rasakan ke musik," tuturnya lagi.

Hingga kini, Teddy merasa ada beberapa hal yang masih membuatnya merasa trauma akan tetapi saat ini peraih Pendatang Baru Terbaik AMI Awards 2017 itu telah bisa mengendalikan dan menghadapinya.

"Ada beberapa hal yang bikin trauma. Cuma sekarang sudah cukup dewasa, jadi sudah bisa memilah kapan harus menanggapi traumanya, kapan nggak," katanya.


(srs/kmb)

Hide Ads