Merayakan Temu Penyair di Kota Kretek

Merayakan Temu Penyair di Kota Kretek

Tia Agnes - detikHot
Minggu, 30 Jun 2019 09:40 WIB
Foto: dok Image Dynamics
Kudus - Kota Kudus berubah penyebutannya selama tiga hari belakangan. Tak hanya disebut sebagai kota kretek dan jenang saja, tapi sejak Jumat (28/6) lalu, kota Kudus dikenal sebagai lokasi berkumpulnya ratusan penyair dari Indonesia dan Asia.

Kota yang berada di antara Semarang dan Surabaya merupakan kota tersempit dan terkecil di Jawa Tengah. Di Indonesia urutannya berada di posisi kedua.

Tak ayal, Kudus bukan destinasi utama bagi pelancong. Biasanya mereka yang ke Kudus karena ingin tahu tentang asal mula kretek, jenang, dan melihat peninggalan Sunan Kudus. Namun bibit-bibit penulis dan penyair muda bermunculan di kota ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kudus ini kota tersempit terkecil di Jawa Tengah dan di Indonesia nomor dua. Jadi soal dana kami didukung Bakti Budaya Djarum Foundation tapi SDM untuk melaksanakan pertemuan kami setengah mati mencarinya," tutur Mukti Sutarman Espe ketika diwawancarai di Hotel Griphta Kudus, Jawa Tengah, Sabtu (29/6/2019).

Merayakan Temu Penyair di Kota Kretek Foto: Pertemuan penyair Nusantara di Kudus / Tia Agnes


Padahal ia menyebutkan banyak nama-nama baru yang muncul. Di situlah letak 'harapan' terbuka agar meregenerasi zaman.

"Kami ini sudah tua-tua, butuh wajah baru yang meneruskan, makanya Pertemuan Penyair Nusantara ini salah satu alasannya ada di Kudus," lanjutnya.

Pertemuan Penyair Nusantara tak hanya menjadi peristiwa sastra dan budaya rutin dua tahunan saja. Namun di forum tersebut juga membahas perkembangan sastra dan kebudayaan nusantara, membuat buku antologi puisi bersama, serta membaca sajak di atas panggung yang sama.

Pada 2008 lalu, Kudus pernah sukses menggelar Kongres Sastra Indonesia yang menjadi pembicaraan nasional. "Bakti Budaya Djarum Foundation juga ikut mendukung perkembangan sastra di Indonesia dan juga ajang tahunan penghargaan kesusastraan seperti Kusala Sastra Khatulistiwa Award dan Penghargaan Sastra Litera," ujar Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Renitasari Adrian.

Dia pun berharap agar penyair muda Kudus bisa bermunculan untuk terus berkarya dan mencintai sastra Indonesia. Di depan Menara Kudus, ada Panggung Penyair Asia Tenggara yang sukses terselenggara pada Sabtu (29/6/2019) malam.

"Dibangun pada 1549 Masehi, menara ini penuh dengan rasa kemanusiaan dan keramahan. Menunjukkan para Wali Songo dalam menyebarkan agama Islam penuh kedamaian. Di sini para prnyair berkumpul membacakan puisi, seni dan intelektualitas selalu beriringan," ujar Nadjib Hasan dari Menara Kudus saat memulai Panggung Penyair Asia Tenggara.

Kehadiran para penyair dari berbagai daerah di Indonesia dan negara tetangga juga diharapkan bisa memviralkan kota Kudus yang terkenal sebagai kota Wali. Tak hanya budaya Kudus yang eksotis saja tapi juga aneka ragam kuliner dan diharapkan dapat kembali ke kota ini.

Tonton video 'Penampilan Gus Mus-Sutardji Meriahkan Pertemuan Penyair Nusantara di Kudus':

[Gambas:Video 20detik]




(tia/kmb)

Hide Ads