Di dalam Swargaloka, terdapat seorang koreografer muda bernama Bathara Saverigadi Dewandoro. Pria berusia 22 tahun itu menciptakan koreografi bagi pertunjukan drama wayang 'Sang Penjaga Hati' yang digelar di Gedung Kesenian Jakarta, beberapa waktu yang lalu.
Bathara atau akrab disapa Ara merupakan generasi penerus dari Swargaloka yang melestarikan seni tradisi drama wayang. Menurutnya, generasi muda tak boleh berhenti meneruskan seni tradisi yang sudah ada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apa yang sudah dikerjakan oleh bapak dan ibu saya tidak boleh berhenti. Regenerasi perlu, supaya anak muda zaman sekarang bisa mengenal apa yang menjadi ciri dari bangsanya," tuturnya ketika diwawancarai detikHOT, Rabu (19/6/2019).
Ara memulai kariernya di dunia tari sejak kecil. Ia muncul sebagai penari kecil di atas pertunjukan Swargaloka hingga pada 2016 ia membuat pagelaran tunggal berskala besar.
"Untuk drama wayang saya baru gabung di tahun 2017 untuk menggarap dan menjadi sutradara baru kali ini," tutur mahasiswa London School of Public Realtions Jakarta ini.
Menjadi seorang koreografer sangat tak mudah baginya. Butuh keseriusan yang mendalam dan peluang bagus. "Akan ada masanya kita merasa kesulitan dan itulah kenikmatan yang bisa kita rasakan," kata Ara.
Sebagai seorang koreografer muda sekaligus penerus Swargaloka, Ara berharap agar siapa pun tidak meninggalkan budaya yang sudah ada. "Saya tidak akan pernah berhenti berkarya dan memberikan karya berkualitas untuk Indonesia. Semoga karya ini adalah batu loncatan agar bisa bekerja sama dengan seniman lainnya," tukasnya.
Nama Bathara Saverigadi Dewandoro pernah mendapat Rekor MURI sebagai Penata Tari Tradisional Jawa Termuda di tahun 2013. Serta Anugerah Kebudayaan sebagai 'Remaja Berprestasi' dari Kemendikbud pada 2015 dan pegiat budaya yang diundang ke Selandia Baru di tahun yang sama.
(tia/dar)