Rob pertama kali datang ke Jakarta di tahun 1970-an. Awalnya dia bergelut di bidang fotografi dokumenter sampai berkarya di seni rupa murni. Karya-karya di pamerannya kali ini, baginya merupakan perayaan dari energi Jakarta.
"Semua inspirasi dan praktik seni dari karya-karya ini, saya berutang pada jalanan kota Jakarta. Elemen-elemen yang menginspirasi selama beberapa tahun saya menjelajahi jalan, jembatan, tempat-tempat bising yang dipenuhi oleh debu dan asap knalpot," kata Rob dalam keterangan pers yang diterima, Rabu (8/5/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kurator galerikertas Heru Joni Putra mengungkapkan teknik penciptaan dan material karya Rob berasal dari buku-buku yang sudah dibacanya.
"Selayaknya memasang kanvas pada spanram, lembar demi lembar halaman buku itu dicopot dan ditempelkan sampai pada ketebalan tertentu pada spanram. Setelah itu, kertas-kertas buku tersebut ditempeli dengan variasi atau pengolahan sederhana atas kertas warna yang biasa dipakai dalam ritual sembahyang warga Tionghoa," kata Heru.
Sepanjang Mei, selain menggelar pameran seni Rob juga menyelenggarakan agenda lainnya. Yakni diskusi presentasi perupa muda bersama Rob Pearce, diskusi publik pameran Rob pearce bersama Douglas Ramage Ph.D, Hanafi, Heru Joni Putra dan Ika Kusumawardhani.
Kemudian diskusi kolaborasi para pemusik dari Depok yang memiliki genre musik yang berbeda yaitu Lawe Samagaha, Elegi dan Dipo. Mereka akan berkolaborasi untuk menciptakan karya baru. Terakhir adalah workshop kertas perupa muda bersama Rob Pearce.
Pameran tunggal Rob Pearce berlangsung hingga 30 Mei 2019 di galerikertas Studiohanafi, Jalan Raya Cinere Gang Manggis Nomor 72, Parung Bingung, Depok.
(tia/doc)