Ilustrasi ciptaan Emte berbicara soal ruang atau memaknai ruang. Ruang kerap kali dianggap sebagai fungsi dan setiap orang terus menerus membedakan antara ruang privat dan publik.
"Di karya saya merujuk pada ruang-ruang yang tumbuh secara organik, diatur dengan asal-asalan dan selera yang sifatnya sementara. Dibandingkan dengan ruang yang diatur melalui kekuatan formal yang diukur dan direkayasa secara formal juga," ujarnya ketika dihubungi detikHOT, Rabu (8/5/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Emte menyebutkan di balik fasad yang indah dan megang, ada beberapa sudut ketika orang duduk bertahun-tahun. Atau di balik bangunan gedung yang tinggi, ada gang kecil tempat pedagang kaki lima berjualan.
"Kita hidup di kota urban dan merasa perbedaan yang kontras soal ruang," lanjut lulusan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini.
Di salah satu gambarnya, Emte menghadirkan situasi kota Jakarta. Ada tukang vermak levis, gerobak mie ayam pangsit, petugas kebersihan dan gambar itu terlihat di bawah kolong tol jembatan.
"Itu di dekat rumah orang tua saya di Pondok Labu, atasnya baru saja dibangun jalan akses tol Depok-Antasari. Area bawahnya masih rada berantakan banyak pedagang liar bermunculan. Kontras sih, atasnya dibangun jalan modern, bawahnya masih kumuh," terang Emte.
Karya berjudul 'Resilience 1' dan 'Resilience 2' dipajang di Museum Sejarah Sofia, Bulgaria pada 3-26 Mei 2019. (tia/tia)