Kabar cetak ulang dipublikasikan lewat Twitter Bentang Pustaka saat ada seorang netizen mengomentari sampul novelnya.
"Buku Cak Nun yang baru ya min?" ujar seorang netizen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam novel, Cak Nun mengangkat persoalan kebangsaan yang erat kaitannya dengan Indonesia. Tokoh punawakawan sebagai karakter utama pun dimasukkan. Ada Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.
Semar sebagai penjaga keseimbangan, Gareng adalah rakyat biasa yang terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri. Petruk merepresentasikan dirinya sebagai pengamat. Ia tidak terlalu serius dalam menanggapi ocehan Gareng.
Bagong sebagai representasi Semar yang lahir dari bayangan Semar menjadi kebalikan dari Sang Ismaya Badranaya. Novelnya mengisahkan tentang hilangnya Kiai Semar di tengah masyarakat Karang Kedempel.
Di sampul terbaru, Bentang Pustaka tak lagi menghadirkan warna hijau sebagai latar tapi memilih warna putih. Di sampul masih ada karakter Semar yang menjadi fokus gambar namun dengan ilustrasi lebih ciamik.