"So happy for you @lalabohang Welcome to the world, The Book of Imaginary Beliefs #bukugpu," tulis GPU seperti dikutip detikHOT, Selasa (19/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. 'The Architecture of Page'
Lala Bohang menyebutkan 'The Book of Imaginary Beliefs' sebagai 'the architecture of page'. Setiap halamannya memiliki daya tarik tersendiri.
"Ada tiga bahasa di dalam buku ini, bahasa teks, gambar, dan desain itu sendiri. Untuk desain ini menjadi interpretasi dari desainer. Dia melihat gambar satu per satu, dan membuat halaman ada yang berjarak, kosong, dan desain berbeda," ujarnya ketika diwawancarai detikHOT.
2. Berwarna Hijau
Khusus untuk edisi ketiga berbeda ketimbang kakak-kakaknya 'The Book of Forbidden Feelings' (2016) dan 'The Book of Invisible Questions' (2017). Di buku ini, Lala Bohang memilih warna hijau karena ia menyukai nuansa alam.
3. Lebih Dewasa
'The Book of Imaginary Beliefs' tak seperti dua buku sebelumnya yang lebih 'gelap' dan rasa patah hati yang mendalam. Di buku ini banyak yang mengakui karya Lala Bohang lebih dewasa.
"Rasanya benar kalau ada pembaca pertama yang bilang kalau karyanya lebih dewasa, memang saya merasa karya ini matang sekali. Saya merasa seperti bertumbuh bersama dengan tiga buku Lala ini," ujar Editor GPU, Siska Yuanita.
(tia/nu2)