Cerita-cerita tersebut dimuat dalam tiga bukunya. Dari penuturan Lala, batas antara realitias dan fiksi sangat tipis.
"Itu cerita yang sederhana dan seakan mengalami, atau intinya reality and fiction itu sangat tipis, lho. Sebenarnya itu kejelian menangkap pikiran saya aja sih. Karena kita tuh suka underestimated dengan pikiran dan perasaan kita sendiri," tutur Lala menceritakan ketika diwawancarai detikHOT, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mencontohkan dalam buku barunya 'The Book of Imaginary Beliefs' ada gambar gordyn. Hal sederhana yang dipikirkan ketika berada di sebuah kamar hotel ketika berada di Makassar itu menjadi sebuah karya seni.
![]() |
"Kayak saya kepengin tinggal di kamar hotel for the rest of my life. Karena nulis buku, hidup saya tuh epik banget, sebuah bisa datang ke tiga kota. Di situ saya merasa wah gila hidup tuh simpel banget yah, di kamar hotel nggak harus ada kewajiban mengisi benda di ruangan, termasuk gordyn," kenangnya.
Malam itu ketika di dalam kamar hotel, ia iseng-iseng memposting foto gordyn dan sempat mempublikasikan ke Instagram. Gordyn pula yang membuatnya terinspirasi menciptakan karya yang telah dipamerkan di Dia.Lo.Gue Artspace dan Taman Ismail Marzuki (TIM).
"Segala sesuatu yang hal yang saya kerjakan akan menjadi virus yang gede. Kayak gordyn yang menurut saya tuh kayak manusia, ada karakternya," tukasnya.
Simak artikel berikutnya ya.