Sejak nama Eka keluar sebagai penerima Prince Claus 2018, penulis yang mengenyam pendidikan filsafat di UGM Yogyakarta banyak ditanyakan soal anugerah tersebut. Serta apa alasan dari tim juri memberikan penghargaan.
"Saya tidak tahu kenapa saya terpilih dan siapa yang menominasikan tapi saya bisa bilang mereka menghubungi saya sekitar 2 bulan sebelumnya dengan mewanti-wanti jangan bilang siapa-siapa, ya tentu saja," ujarnya berkelakar saat menceritakan di Erasmus Huis Jakarta, Sabtu (16/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cerita belum berhenti sampai di situ saja. "Mereka bilang mau terima atau nggak. Begitu saya terima, saya ditanya kamu tahu nggak Prince Claus itu apa? Ya tahu sih. Kalau dapat, suka nggak? Ya suka sih," ujar Eka menirukan percakapan antara tim The Prince Claus Fund dan dirinya yang tinggal di Ciputat, Tangerang Selatan.
Menurut Eka, tampaknya tim dewan juri Prince Claus tak hanya membaca versi berbahasa Inggris dari terjemahan karya Eka saja. Tapi juga novel berbahasa Indonesia yang saat ini sudah ada enam buku.
Selain itu, tim juri juga mencari opini kedua dari penerima Prince Claus sebelumnya. "Kadang bertanya dengan pemenang sebelumnya. Jadi ada semacam jejaring untuk memberikan opini kedua," lanjut penulis kumcer 'Corat-coret di Toilet' tersebut.
![]() |
Sementara, Market Photo Workshop dari Afrika Selatan meraih Principal Prince Claus Award 2018 untuk bidang fotografi. Serta Dada Masilo yang juga berasal dari Afrika Selatan meraih Next Generation Award 2018 untuk bidang tari.