Novelis 'Cantik Itu Luka' mengakui anugerah Prince Claus terbilang penghargaan yang spesial.
"Penghargaan ini tidak mengacu kepada buku tertentu. Sebelumnya saya memperoleh penghargaan karena 'Lelaki Harimau' (2004), kalau penghargaan ini melihat secara keseluruhan dari kekaryaan saya. Jadi lebih spesial," ujarnya saat ditemui di Erasmus Huis Jakarta, Sabtu (16/2/2019).
Di penghargaan-penghargaan sebelumnya, novel 'Lelaki Harimau' atau 'Man Tiger' mengantar Eka ke jajaran sastrawan dunia. Jurnal Foreign Policy menobatkannya sebagai salah satu dari 100 pemikir paling berpengaruh di dunia pada 2015.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sambutannya, Rob Swartbol menuturkan perayaan kali ini agak berbeda ketimbang di Istana Kerajaan Belanda beberapa waktu lalu. "Ini adalah perayaan kami di Erasmus Huis Jakarta seperti tradisi Prince Claus di negara penerima penghargaan," ujarnya.
Sejak awal berdiri di 1996, penghargaan ini dibuat untuk menghormati Pangeran Claus. Sepanjang 21 tahun belakangan, Pangeran Claus selalu memberikan anugerah kepada sosok maupun lembaga atas pencapaiannya di bidang kebudayaan di Afrika, Asia, Amerika Latin, dan Karibia.
![]() |
Lambat laun, karya sastra Eka Kurniawan berkembang menjadi gaya tersendiri yang menggabungkan antara cerita rakyat, hal yang tabu, kisah pewayangan, silat khas Indonesia, komik horor, cerita realisme magis untuk menggambarkan pengalaman orang yang nyata dan berlapis-lapis.
"Karyanya penuh mitos seperti Gabriel Garcia Marquez. Penuturan cerita dengan fantasi yang begitu kaya, keindahan prosanya, dan tema universal yang diangkatnya juga menjadikan karya Eka Kurniawan lebih unggul," tukas Rob Swartbol.