Bersama dengan para penerima penghargaan lainnya, Dubes Puja berkesempatan bertatap muka dengan Raja Willem-Alexander, Ratu Máxima di Royal Palace, Amsterdam. Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan perasaan bangga atas terpilihnya Eka Kurniawan, seorang penulis Indonesia sebagai salah satu dari tujuh penerima penghargaan tahun 2018.
Dalam menghasilkan karyanya, Eka mengaku belajar dari karya-karya Pramoedya Ananta Toer hingga akhirnya menemukan gayanya sendiri. Lulusan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada ini seringkali memadukan elemen tradisi, sejarah dari mulut ke mulut, pencak silat, hingga komik horor digunakannya untuk menggambarkan pengalaman masyarakat yang sangat berlapis.
Tak heran jika karya-karyanya yang dinilai unik ini sering disejajarkan dengan penulis Gabriel Garcia Marquez dan Haruki Murakami. Salah satu novelnya, Cantik itu Luka di tahun 2002 pun telah diterjemahkan ke dalam 34 bahasa.
Dalam novel itu, Eka mampu mengisahkan tragedi keluarga yang menggambarkan topik yang jarang disorot, yakni kekerasan fisik dan seksual di masa kolonialisme Belanda dan Jepang, dan kediktatoran Presiden Suharto melalui karya satire yang lucu.
Selain Eka, penghargaan juga diberikan kepada Adong Judith dari Uganda, Marwa al-Sabouni dari Syria, Kidlat Tahimik dari Filipina, O Menelick 2 Ato dari Brazil untuk kategori Prince Clause Awards.
Menurut Dubes Puja, penghargaan yang diterima Eka ini menunjukkan bahwa dunia internasional semakin mengetahui dan mengenal karya-karya besar anak bangsa. Tidak hanya mengharumkan nama bangsa, keberhasilan Eka ini diharapkan mampu memotivasi dan meningkatkan kepercayaan diri anak bangsa untuk berkarya dan menuangkan kreatifitasnya. (ken/ken)