Untuk memerankan seorang perempuan Melayu, Phia mengaku tak sulit sama sekali. Sebagian besar dialog yang dimainkannya pun berbahasa Melayu.
"Kalau logat kita sama-sama belajar. Gimana caranya nggak terdengar mengada-ngada tapi bisa. Di balik soal logat itu gampanglah, bisa dipoles. Yang terpenting gimana teks itu bisa keluar, bisa bunyi, dan tek tok sama pemain lain," ujar Phia saat ditemui di Gedung F, Kemendikbud, Jakarta Selatan, Selasa (29/1/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semua aktor dan aktris di panggung teater maupin film, pastinya harus menghapal dialog. Bagi Phia, yang terpenting tak sekadar membaca naskah tapi menerjemahkannya.
"Maksud dari yang tersurat dan tersirat. Itu yang aku cari," ujar pemain 'Sang Penari' tersebut.
Dia pun menjelaskan menjadi karakter Tengku Tahura dalam 'Nyanyi Sunyi Revolusi' porsinya tak sebesar Lukman Sardi. Meski begitu, ia serius menjalani latihan selama hampir satu bulan lamanya.
"Ini sudah H-3, pastinya akan ada banyak polesan tapi semoga nggak yah. Hahaha.. karena sudah mau show, tapi saya sih terima banget perubahan di banyak pentas. Menariknya justru di situ sih," tukas Phia.
Selain Phia dan Lukman Sardi, pertunjukan 'Nyanyi Sunyi Revolusi' juga dimainkan oleh Sri Qadaritin sebagai Iliek Sundari, Dessy Susanti berperan sebagai Tengku Putri Kamaliah. Serta Aliman Surya, Gandi Maulana, Deri Efwanto, Baysa Deni, dan Dodi Firmansyah.
Pertunjukan berlangsung pada 2-3 Februari 2019 di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Jakarta Pusat. (tia/kmb)