Ketika tiba bagiannya, perempuan berusia 23 tahun ini langsung memasuki area karya. Ia berjalan mengitarinya secara perlahan lalu balik lagi melintasi seniman yang sedang menyelesaikan karya yang terinspirasi dari lukisan 'Guernica' karya Pablo Picasso tersebut.
"Saya baru pertama kalinya ikut bagian dari karya seni yang nggak biasa ini. Seneng banget, dan pas jalan tadi kayak takut malah bikin pasirnya berantakan. Takut banget tapi senang banget, puas sudah antre lama," ujarnya terkekeh ditemui detikHOT di Museum MACAN Jakarta, Sabtu (19/1/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
'Guernica in Sand' (2006/2008) merupakan karya seni interaktif yang bermula dari konsep ritual 'penciptaan' dan 'penghancuran'. Di awal bagian performans, Lee Mingwei yang berpakaian serba putih memasuki area, mengitarinya lalu menyelesaikan karya yang belum selesai. Dibantu 3 orang performans lainnya, dari pukul 12 siang hingga 6 sore, mereka muncul secara bergantian.
Tonton video: Melihat Transformasi Lukisan Pasir Terbesar Lee Mingwei di Museum Macan
Ketika sore hari tiba, jelang penutupan karya 'Guernica in Sand' ke-4 performans muncul kembali, menyapu dengan sapu ijuk jejak-jejak langkah para pengunjung. Mereka akan membiarkan karyanya seperti itu hingga 10 Maret mendatang.
Kepada detikHOT, Lee Mingwei menceritakan konsep 'Guernica in Sand' yang terdiri dari 3 tahapan. Tahap pertama sudah selesai terjadi jauh sebelum 19 Januari 2019. "Tahap kedua yang sedang terjadi saat ini. Saya dan 3 seniman lainnya sedang menyelesaikan karya yang belum selesai," ujarnya.
Karya interaktif yang mengajak pengunjung berpartisipasi memang sejak awal penciptaan memperbolehkan mereka berjalan di atasnya. Dengan bersemangat, seniman yang menampilkan pameran tunggal 'Seven Stories' di Jakarta itu punya alasan tersendiri.
"Kenapa mereka diperbolehkan berjalan, kenapa ada orang yang membuat lalu di sisi lainnya ada yang menghancurkan. Apa poinnya? Sebenarnya poinnya itu sangat sederhana," terang Lee Mingwei.
Dia pun kembali menambahkan, "Ini tentang bagaimana kita berhubungan satu sama lain, ketika kita menciptakan tapi sekaligus bisa menghancurkan satu sama lain. Dapatkah kita melakukan hal yang sama dalam satu harmoni. Pertanyaan itu bisakah terjadi ketika kita begitu sangat berbeda? Bagi saya pengunjung berjalan di atas karya yang saya buat bukan untuk menghancurkan tapi juga membuat sesuatu. Ini tergantung dari cara pandang kita."
![]() |
Selain 'Guernica in Sand', Lee Mingwei juga menghadirkan karya performans dan interaktif lainnya. Di 'Sonic Blossom', pengunjung diundang untuk duduk di sebuah kursi dan penyanyi akan mempersembahkan satu dari lima Lieder Schubert. Ada juga 'Our Labyrinth', seorang penari secara perlahan menyapu gundukan beras dengan sebuah sapu, 'The Mending Project' yang mengundang pengunjung membawa pakaian yang ingin diperbaiki dan nantinya akan dijahit oleh seniman, dan karya-karya lainnya.
Lee Mingwei yang bekerja di Paris dan New York, karyanya telah diikutsertakan di sejumlah bienial internasional yakni Venice, Lyon, Liverpool, Taipei, dan Sydney. Bagi Anda yang ingin berbincang dengan Lee Mingwei dan mengobrol tentang sang seniman sembari minum teh, bisa mendatangi Museum MACAN sore ini pukul 16.00-17.00 WIB dengan biaya Rp 150 ribu.
(tia/kmb)