Cerita Ratih Kumala Promosikan Sastra Indonesia ke Dunia

Cerita Ratih Kumala Promosikan Sastra Indonesia ke Dunia

Tia Agnes - detikHot
Jumat, 18 Jan 2019 09:41 WIB
Foto: Ratih Kumala (Agnes/detikHOT)
Jakarta -

Tahun lalu Ratih Kumala mendapat beasiswa program residensi penulis di London, Inggris. Di masa residensi tersebut, Ratih juga memperkenalkan sastra Indonesia dan meluncurkan buku kumpulan cerpen berbahasa Inggris 'The Potion of Twilight'.

Di sana ia berbicara mengenai industri perbukuan Tanah Air dan kebangkitan penulis perempuan. Usai diskusi 'Woman in Translation' yang digelar oleh Gramedia Pustaka Utama (GPU) dan Gramedia International hari ini, ia menceritakan mengenai pengalamannya tersebut.

"Agak susah membawa nama saya sendiri ketika negara kita tidak terdengar. Indonesia di sebelah mananya Bali, jadi saya memang ketika datang ke sana mengenalkan sastra Indonesia secara general," ujar penulis 'Tabula Rasa' di Kinokuniya Plaza Senayan, Kamis (17/1/2019).



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di London dan Leiden, ia ingin pembaca global juga mengenal sastra Indonesia yang tak kalah hebat ketimbang sastra di mancanegara lainnya. "Mereka membuka pintu, asalkan karya kita selesai diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Tujuan penerjemahan ke arah yang lebih jauh lagi," lanjut Ratih.

Sejak 2004, Ratih Kumala sudah menerbitkan 5 novel di antaranya adalah 'Tabula Rasa', 'Genesis', 'Kronik Betawi', 'Gadis Kretek', dan 'Wesel Pos'. Dua kumpulan cerpen karya lulusan Sastra Inggris Universitas Negeri Sebelas Maret Surakata lainnya yakni 'Larutan Senja' serta 'Bastian dan Jamur Ajaib'.

Karyanya 'Gadis Kretek' telah diterjemahkan ke bahasa Inggris' oleh Monsoon, Inggris dan bahasa Jerman oleh Cultuurbooks'. Serta ke dalam bahasa Arab Mesir yang diterbitkan Sefsafa Publishing House.



Buku-buku yang ditulis Ratih sebagian besar berbicara soal perempuan dan kerap merepresentasikan diri sendiri. Ia menceritakan ketika menuliskannya, hal-hal tersebut ada di pikirannya.

"Saya membebaskan pembaca terserah mau mengartikan seperti apa. Ketika saya menulis cerita itu yang ada di pikiran saya. Tidak peduli juga orang mau komentar kok tulisannya seperti ini atau seperti itu," pungkasnya.

(tia/ken)

Hide Ads