Sebelum diterima residensi atas program Komite Buku Nasional dan Beasiswa Kemendikbud, Trinity harus membuat proposal terlebih dahulu. Kepada detikHOT, Trinity menceritakan mengenai pengalamannya residensi ke Peru.
"Aku satu-satunya penulis yang residensi ke Peru. Di Peru itu berbahasa Spanyol, buku nggak ada yang terjemahan bahasa Inggris. Tapi penelitianku di sana premisnya dari Indonesia sebagai pengekspor pastor dan suster Katolik," cerita Trinity, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ide proposal residensi Trinity bermula dari tulisannya di 'The Naked Traveler 1' tentang keberadaan TNI yang bekerja sebagai misionaris Katolik di Amerika Latin. Indonesia yang mayoritas Islam ternyata menjadi salah satu negara terbesar 'pengekspor' pastor dan suster ke negara dengan mayoritas Katolik.
Di sana, dia pun mewawancarai pastor maupun suster yang dihormati oleh penduduk setempat. "Pengalamannya benar-benar bikin merinding. Pastor yang dikirim sebagian besar dari Indonesia Timur," tambahnya.
Selama di sana, Trinity sempat mengajar di Universidad Nacional Mayor de San Marcos, mengajar kelas Bahasa Indonesia, dan talkshow di KBRI Lima. Usai meriset di Peru, dia pun mencoba apply visa Bolivia untuk urusan hal yang sama.
Nantinya, hasil dari penelitian dan residensi selama dua bulan di sana bakal akan menjadi buku. Ia pun bakal merilis buku bergenre nonfiksi.
"Nantinya akan diterbitkan siapa, aku masih belum tahu. Tapi cara Kemendikbud lewat Komite Buku Nasional membuat program Residensi Penulis itu harrus didikung, karena itu cara pemerintah untuk mendukung literasi," pungkasnya.
Simak Juga 'Pensiun, ''The Naked Traveler'' Berakhir di Seri ke-8':