Dari lukisan-lukisannya yang tersebar, pihak keluarga yang akhirnya mendirikan S.Sudjojono Center itu meriset karya-karya pria yang dipanggil Djon tersebut. S.Sudjojono Center pun mendokumentasikannya.
Baru selama setahun belakangan, pihak keluarga mendokumentasikan sajak dan puisi yang ditulis Djon. "Kami baru menemukan ada lebih dari 30 puisi bapak yang dituliskan di atas kanvas saat melukis dan ada juga di kertas," ujar putri bungsu S.Sudjojono dan Rose Pandanwangi, Maya Sudjojono ketika mengobrol dengan detikHOT di Vin+ Kemang, Jakarta Selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagian besar puisi tersebut ditulis Djon terinspirasi dari kisah cinta dan sayangnya terhadap Rose Pandanwangi. Salah satunya adalah puisi 'Harum' dan 'Mijn Bruid en Mijn Koningin' atau dalam bahasa Indonesia 'Pengantinku dan Ratuku'.
Puisi dengan judul berbahasa Belanda itu ditemukan pihak keluarga dari lukisan yang menampilkan sosok Rose tengah memegang piala. Lukisannya berasal dari tahun 1959.
"Sajaknya kami tahu dari lukisan itu dan ternyata ada puisi lainnya di dokumentasi bapak lainnya. Kami kumpulkan dan rencananya akan dibukukan tahun depan," tambah putri S.Sudjojono lainnya, Alexandra Pandanwangi.
Saat ini sudah ada pihak penerbit yang tertarik untuk menerbitkannya. Namun, ada puisi-puisi lainnya yang berbahasa Jawa dan butuh bantuan penerjemah.
"Untuk puisi yang berbahasa Jawa karena kami juga tidak mengerti, kami meminta bantuan Pak Sapardi dan beliau bersedia membantu menerjemahkannya. Tapi sampai saat ini masih dalam tahap pendokumentasian," lanjutnya.
Sebelumnya Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) menerbitkan otobiografi sang maestro dengan judul 'Cerita tentang Saya dan Orang-orang Sekitar Saya' pada 2017. Serta otobiografi 'Kisah Mawar Pandanwangi' yang memuat perjalanan perempuan yang bernama asli Rosalina Poppeck tersebut di tahun yang sama. (tia/nkn)