Lewat video di YouTube, Faldo menjelaskan banyak pihak yang tidak lengkap menampilkan pernyataan soal Aerosmith itu. Faldo mengatakan seharusnya kutipan soal 'chart tertinggi' ikut dibahas.
"Jadi, maksudnya dengan ada kalimat kedua ini mengatakan bahwa lagu 'I Don't Want to Miss a Thing' ke top chart selama empat minggu. Jadi kalau kita masukin kalimat kedua tadi, maksudnya adalah sebelum lagu 'I don't Want to Miss a Thing' ini, Aerosmith berkarier nggak pernah masuk sebagai top chart di Billboard US," kata Faldo, dilihat detikcom, Selasa (4/12/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faldo mengatakan, Billboard sebagai tolak ukur lagu-lagu di Amerika Serikat yang terkenal. Salah satunya lagu I Don't Want to Miss a Thing tersebut. Dia juga membeberkan data sejumlah penyanyi dan hitsnya yang masuk top chart Billboard.
"Sekarang gini lihat data ya. Michael Jackson mulai karier 1964, masuk top chart tahun 1972. 8 tahun setelah berkarier dan 13 lagunya sampai puncak chart Billboard. Coldplay berkarier sejak 1996 dan masuk top chart 2008. Coldplay butuh 12 tahun," jelas Faldo.
"Ada Bryan Adams. Karier 1977 masuk top chart 1985. Bon Jovi dari tahun 1983, top chartnya 3 tahun. Ed Sheeran 2004 masuk top chart di 2017. Butuh 13 tahun. Queen aktif di 1970 dan top chart tahun 1980. Aerosmith mulai karir 1970 dan top chart 1998. Pengamat tahu konteks gue lah," imbuhnya.
Sebelumnya, Faldo mengatakan 'I Don't Want to Miss a Thing' di soundtrack 'Armageddon' mengantarkan Aerosmith dari band yang lagunya tidak pernah dikenal jadi chart paling tinggi.
"Coba lihat soundtrack Armageddon. 'I Don't Want to Miss a Thing', dari band Aerosmith itu. Lagu itu sudah mengangkat band yang lagunya tidak pernah dikenal, jadi chart paling tinggi. Nah, 2019 ini juga waktunya untuk Prabowo-Sandi menuju tempat yang paling tinggi kayak Aerosmith ketika itu. Ini momentum Armageddon untuk koalisi kami," begitu kata Faldo kepada detikcom, Jumat (30/11/2018). (nkn/ken)