A Star Is Born: Melodrama yang Membius

A Star Is Born: Melodrama yang Membius

Candra Aditya - detikHot
Kamis, 18 Okt 2018 10:28 WIB
Foto: imdb.
Jakarta -

Begitu Anda membaca ini, Anda pasti sudah mendengar soal 'A Star is Born' versi 2018. Anda mungkin mendengar bahwa Lady Gaga tampil seperti veteran aktor dalam film ini (ada benarnya meskipun dia sudah pernah memegang Golden Globe atas penampilannya dalam 'American Horror Story: Hotel'). Anda mungkin mendengar bahwa dalam debut penyutradaraannya Bradley Cooper telah menasbihkan dirinya sebagai filmmaker yang patut diperhitungkan.



Atau mungkin Anda sudah keburu mendengarkan soundtracknya secara relijius melalui streaming apps. Apapun alasannya, yang penting hanya satu: A Star Is Born adalah sebuah melodrama musikal yang patut Anda saksikan segera.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ceritanya seklasik film-film lamanya. Kalau pun Anda tidak menonton dua versi lamanya tidak apa-apa. Karena trio penulis skripnya (Eric Roth, Bradley Cooper dan Will Fetters) berhasil mengolah 'A Star is Born' menjadi sebuah kisah klasik yang terasa fresh. Filmnya dimulai dengan penampilan seorang country rockstar bernama Jackson Maine (Bradley Cooper) yang sepertinya sudah kelelahan dengan semua ini. Passionnya terhadap musik mungkin ada tapi Anda bisa melihat dari sorot matanya bahwa dia lelah dengan ini semua. Dan dari kegemarannya menenggak alkohol dan obat-obatan terlarang dan berbagai narkoba lainnya, Anda bisa menebak bahwa ia memiliki masa lalu yang tidak menyenangkan.

A Star Is Born: Melodrama yang MembiusFoto: imdb.

Kudos bagi Bradley Cooper yang memainkan karakter ini dengan tepat guna. Suaranya yang sengaja direndahkan sehingga Anda menyaksikan seorang rockstar dan bukannya salah satu personil dari trio The Hangover. Cooper begitu meyakinkan sehingga setiap kali ia menyakiti dirinya sendiri Anda ingin memeluknya dan berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja. Penonton bisa menyaksikan dengan jelas bahwa bintang ini perlu diselamatkan.

Masuklah Ally (Lady GaGa), seorang pelayan yang tidak mempunyai ambisi apa-apa karena dia sudah tahu bahwa dunia tidak peduli dengannya. Jackson yang sedang mabuk dan mencari alkohol tidak sengaja masuk ke sebuah bar dan di sanalah dia melihat Ally. Ally dengan dandanannya yang mencuri perhatian menyanyikan La vie en rose dengan sepenuh hati. Jackson langsung jatuh hati dengan Ally. Dan ketika Jackson menyeringai, penonton pun segera mencintainya juga.

Lady Gaga memainkan Ally dengan hati-hati. Kalau Anda familiar dengan sosoknya yang penuh dengan cahaya gemerlap, riasan wajah yang over-the-top dan wardrobe yang terlalu absurd untuk dipikirkan masak-masak, maka semuanya sirna ketika GaGa menjadi Ally. Ally adalah gadis sederhana yang sama sekali tidak ambisius.

Dia tahu bahwa dia memiliki suara yang bagus namun dia tahu bahwa industri tidak akan merengkuhnya karena sudah ada orang yang mengatakan bahwa hidungnya bukan hidung seorang bintang. Dan Gaga memainkan Ally dengan tiga dimensional. Dia tahu kapan tampil rapuh, kapan tampil bersinar dan mengambil kendali dari tangan Cooper.

Tidak membutuhkan waktu yang lamabagiJacksondanAlly untuk jatuh cinta. Seperti kisah cinta yang spektakuler, kisah mereka dimulai dengan cara yang sangat sederhana. Berduaan minum di bar,Ally memukul polisi, mereka pergi ke supermarketkarenaJackson begitu khawatir dengantanganAlly,kemudianAlly mengatakan bahwa ia baru saja membuat lagu lalu ia berdiri dan menyanyi didepanJackson.Jackson menyeringai dan penonton semakin jatuh cinta.

A Star Is Born: Melodrama yang MembiusFoto: imdb.


Tak lama bagi mereka untuk saling mencintai. Tak lama bagi Ally untuk menjadi bintang sesungguhnya. Dan sementara bintang Ally makin bersinar, lampu Jackson semakin meredup. Dia mempunyai hantu-hantu yang belum bisa ia hadapi. Anda bisa menebaknya dengan mata tertutup bahwa kisah cinta ini tak sesederhana kelihatannya.

Plot yang ditawarkan 'A Star is Born' sangat klasik, kalau Anda mau menghindari kata klise. Hampir setiap plot point yang terjadi, Anda bisa menebaknya. Tapi meskipun begitu, penonton akan tetap menikmati dan menelan mentah-mentah semua naik turun cintanya Jackson dan Ally. Seperti yang terjadi dalam kasus 'Crazy Rich Asians', semua klise yang terjadi di film ini bisa dimaafkan karena semua emosi yang muncul di layar terasa begitu nyata.


Seorang gadis biasa akhirnya bisa bernyanyi bersama di sebuah konser dengan seorang rockstar? Sangat, sangat fantasi. Tapi Bradley Cooper sebagai sutradara tidak membiarkan momen tersebut tampil receh. Sebaliknya, dia menuntun penonton melalui mata awam Ally sehingga emosi yang muncul adalah sebuah keajaiban. Sebuah perasaan bahagia yang meledak-ledak.

Melodrama seperti 'A Star is Born' hidup dan mati di tangan pemain utamanya. Bersyukurlah bahwa Bradley Cooper menemukan lawan yang pas. Di atas kertas, Lady Gaga mungkin terasa seperti stunt casting. Tapi tunggu saat Anda menyaksikannya. Bahkan Cooper sendiri setuju bahwa binar Gaga lebih terang benderang daripada apapun yang bisa dia tawarkan. Sebagai sutradara, Cooper tahu kapan ketika dia harus memberikan spotlight yang lebih banyak pada Gaga. Dan ketika lampu sorot diarahkan kepadanya, Gaga tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.

Ia mengambil mikrofon dan mengacaukan emosi penonton. Yang penonton tidak sadar bahwa Lady Gaga memang seorang aktor sejati. Bukankah memakai baju dari daging untuk tampil ke acara award sama saja dengan akting? Persona Gaga yang seperti seorang bunglon sangat krusial untuk peran ini. Duetnya dengan Cooper sangat mempesona. Hubungan keduanya terasa sangat nyata. Yang kadang kala terasa sangat beracun dan berbahaya dan itu justru membuat relationship mereka terasa sangat jujur.

Setelah dididik oleh berbagai sutradara top dari Clint Eastwood, Derek Cianfrance sampai David O. Russell, Cooper menunjukkan bahwa ia adalah sutradara dengan mata yang sinematik. Kamera Matthew Libatique sengaja dibuat sedinamis mungkin sehingga kita bisa menyaksikan betapa megah hidup Ally dan Jackson. Dan ketika kamera tersebut menyorot ke muka mereka secara close-up, ia berusaha menunjukkan bahwa sereceh apapun kisah yang sedang ia ceritakan, semua feeling yang ada terasa sangat sincere.

A Star Is Born: Melodrama yang MembiusFoto: imdb.

Tapi tentu saja, kita tidak bisa membahas film musikal tanpa membahas musiknya. Kalau saja film yang kedodoran seperti 'The Greatest Showman' mendapatkan label sebagai film musikal yang bagus hanya karena soundtracknya cukup oke, maka 'A Star is Born' tampil begitu percaya diri sehingga tidak mengherankan kalau salah satu lagunya akan mendapatkan Oscar.

Sekali lagi, Anda akan dikejutkan oleh Bradley Cooper yang tidak hanya bisa menyutradarai film dan berakting, tapi dia bisa juga bernyanyi dan menciptakan lagu. Bersama Lady GaGa dan berbagai producer dan song-writer yang ada di dalamnya, musik dalam 'A Star is Born' tidak hanya pengiring tapi ia adalah nyawa filmnya.

Lirik-liriknya adalah bagian dari tulang belulang. Dan nada-nadanya adalah hembusan nafas. Menyaksikan Cooper tertatih-tatih di panggung ketika mabuk dan Gaga dengan effortlessnya berubah dari gadis malu-malu ke pop star sensastion adalah salah satu keajaiban yang bisa Anda saksikan di film ini.

'A Star is Born' berharap menjadi sebuah film yang memilukan. Meskipun Bradley Cooper tidak bisa menjaga kejeniusan paruh pertama film ini (paruh kedua agak melesat turun), tapi Anda tidak bisa memungkiri bahwa 135 menit yang terjadi di film ini adalah salah satu kisah cinta paling klasik yang bisa dibuat di era zaman sekarang. 'A Star is Born' akhirnya membuktikan bahwa tidak hanya Bradley Cooper seorang triple threat yang menyeramkan tapi juga betapa jeniusnya Lady Gaga sesungguhnya. Kalau semua remake mempunyai nyali sebesar film ini, kita tidak pernah akan keberatan dengan berita daur ulang kisah lama.

(doc/doc)

Hide Ads