"Festival kami merupakan sebuah perayaan tentang kreativitas tanpa batas yang tercipta dari semangat dua negara yang perbedaan budaya, bahasa, dan disabilitas menjadi penyemangat seniman Inggris dan Indonesia," kata Direktur Bristish Council Indonesia Paul Smith saat jumpa pers di Morrissey Hotel, Jakarta Pusat, Selasa (9/10/2018).
Dia pun menambahkan, "Saat diluncurkan 3 tahun yang lalu ada sedikit sekali kolaborasi antar dua negara. Kami berusaha membuat festival sekreatif mungkin dan ada beberapa produksi yang bisa kami buat dan kami excited dengan kehadiran UK/ID Festival ini."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat pertama dan kedua festibal ini berjalan, masih banyak kendala karena masih terkesan konsep. Di tahun yang ketiga ini kami hadir dengan banyak program keberagaman," tutur Paul Smith.
Wakil Duta Besar Inggris Rob Fenn yang hadir saat jumpa pers menuturkan UK/ID Festival terselenggara usai kedatangan Presiden Jokowi ke Inggris pada April 2016 lalu. "Dalam kunjungannya, Presiden Jokowi melihat ada potensi yang besar dalam kerjasama antar dua negara dalam bidang seni dan kreativitas," katanya.
Penampilan kolaborasi musik Inggris dan Indonesia di Archipelago Featival pasa 11 Oktober akan memulai rangkaian UK/ID Festival 2018. Dilanjutkan dengan pembukaan Festival Bebas Batas di Galeri Nasional Indonesia yang merayakan seni dan disabilitas pada 12 Oktober.
"Festival ini bisa dibilang adalah perayaan seni disabilitas pertama di Indonesia yang teinspirasi Unlimited Festival di Inggris," ujar Direktur Seni dan Industri Kreatif British Council Indonesia, Adam Pushkin.
"Secara garis besar UK/ID Festival ini ada 4 program utama yang terjalin antar dua negara. Pertama, berjejaring, residensi di Indonesia maupun Inggria, proyek kolaboratif, dan showcasing. Seperti yang terjadi bulan lalu kami mengajak seniman Indonesia untuk membuat karya seni instalasi di Liverpool," pungkasnya.
Sampai saat ini program UK/ID 2016-2018 sudah menghubungkan lebih dari 200 seniman Inggris dan Indonesia. (tia/dar)