Menjaga Seni Tradisi, Penari Jepang Bawakan Tarian Lengger Banyumasan

Menjaga Seni Tradisi, Penari Jepang Bawakan Tarian Lengger Banyumasan

Arbi Anugrah - detikHot
Sabtu, 15 Sep 2018 11:34 WIB
Foto: Arbi Anugrah/detikHOT
Banyumas - Malam itu suasana Desa Kaliori tampak meriah, dari kejauhan tampak lampu berkadap kedip di atas sebuah bukit Kendalisada. Cuaca sangat cerah, embusan angin dari dari Sungai Serayu menyejukkan suasana desa yang berada didekat tepiannya.

Penduduk dari berbagai wilayah sekitar Kecamatan Kalibagor, Banyumas tertarik untuk mendatangi bukit Kendalisada. Cahaya lampion berbagai bentuk yang berjejer ditepian jalan desa tersebut menyambut kedatangan orang-orang yang ingin melihat pertunjukan Festival Lengger Kandilasada. Sebuah panggung alam dibuat dilokasi tersebut, tatanan lampu panggung menambah meriah acara tersebut.

Sejurus kemudian calung pun ditabuh, warga telah duduk di depan panggung sambil menggelar tikar. Terdengar sinden malantunkan gending-gending Banyumasan, tak beberapa lama, dengan lincah, lemah gemulai, empat penari ronggeng asal Jepang membawakan tarian lengger Banyumasan. Mereka penari perempuan yang tergabung dalam sanggar Dewandaru Dance Company Tokyo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Miray Kaawashima, salah satu ronggeng asli Jepang yang menari tarian lengger Banyumas mengakui mulai mengenal tarian lengger semenjak dirinya kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo pada tahun 2001. Miray merupakan istri dari Riyanto, penari asal Banyumas yang mendirikan rumah produksi tari sendiri di Jepang, Dewandaru Dance Company.

"Saya belajar pertama tahun 2001 di ISI Solo, terus sering ke Banyumas dan saya tertarik tari lengger karena tari lengger itu lincah, dinamis, sedikit erotis juga, saya suka sekali. Jadi saya sendiri selama 17 tahun belajar tari lengger," cerita Miray Kaawashima usai mementaskan tarian lengger, Jumat (14/9/2018).

Seni tari lengger atau lenggeran merupakan kesenian Banyumasan yang sudah cukup tua, dan sudah ada pada masa penjajahan kolonial Belanda. Kata lengger sendiri merupakan jarwo dhosok bahasa jawa yang berasal dari kata diarani leng jebule lengger (dikira babon/ayam betina ternyata jengger/ayam jantan) yang berarti dikira wanita ternyata pria, karena dalam penampilannya biasanya pria yang berdandan ala wanita.

Namun seiring perkembangannya, berangsur-angsur tarian lengger ini ditarikan oleh para wanita dengan istilah ronggeng yang merupakan jarwo dhosok berasal dari kata ronging ketunggeng. Rong yang berarti gua atau lubang dan ketunggeng yang menggambarkan binatang yang suka menyengat.



Bagi Miray, saat membawakan terian lengger terdapat sedikit kesulitan, karena dia menganggap jika bentuk tubuh orang orang Indonesia dengan Jepang berbeda. Dia melihat jika terian lengger yang dibawaan orang Indonesia sangat lincah dan lentur tubuhnya membuat tarian itu sangat indah dilihat. Sanggar Dewandaru Dance Company yang berada di Tokyo saat ini sudah mempunyai sekitar 20 penari asli Jepang yang semuanya belajar mendalami tarian lengger.

"Makanya kami selalu latihan bersama. Saat ini kami mempunyai murid yang suka sekali dengan tarian lengger, murid saya ada yang sudah tujuh tahun dan ada yang sudah tiga tahun belajar tarian lengger," ujarnya.

Tarian lengger yang dibawakan ronggeng asal Jepang ini sangat memukau masyarakat sekitar. Miray mengatakan jika tarian ini dibawakan bersama murid-murid asuhannya diataranya, Karina Kubo, Mika Mishizaki dan Yeyuri suzuki.

Selain itu, dirinya mengaku sangat senang sekali bisa ikut berprtisipasi dalam acara Festival Lengger Kendalisada.. Selain untuk menghormati lengger lanang Dariah yang telah meninggal, dia berharap semoga kesenian lengger dapat lebih dikenal masyarakat dunia.

"Saya senang sekali diajak ikut acara ini, apalagi setelah mbok Dariah, lengger lanang meninggal dunia. Tapi saya senang sekali bisa menari didepan foto mbok Dariah menghormati kepada mbok Dariah, terimakasih banyak semoga kesenian lengger menyebar ke seluruh dunia," ucapnya.

Selama ini, selain membawakan tarian lengger dalam setiap pementasan baik di Indonesia seperti di Solo dan Yogyakarta, Miray juga sering diundang dalam pementasan seni tari kontemporer dan tari tradisional di Singapura, Hawai, Australia. "Saya belajar tari klasik gaya Surakarta juga di Istana Mangkunegara. Jadi tari klasik tradisi Mangkunegara juga bisa selain lengger," jelasnya.

Sementara menurut Kepala Desa Kaliori Ofan Sofian dalam sambutannya mengatakan jika kegiatan Festival Lengger Kendalisada ini memang dipersembahkan untuk mengenang sang maestro lengger lanang Banyumas, Dariah yang telah meninggal.

"Mudah-mudahan dengan acara ini bisa memberikan nuansa kesan yang lain, selain dari unsur hiburan, mudah-mudahan bias memberikan warna pada budayawan Banyumas, pelestarian budaya, bahasa dan menjadikan tradisi-tradisi kita kembali populer supaya bisa lebih dkenal oleh generasi yang akan datang," ujar dia.




Tonton juga 'Meriahnya Tradisi Larung Sesaji di Ponorogo':

[Gambas:Video 20detik]

(nu2/nu2)

Hide Ads