'Takdir Cinta Pangeran Diponegoro', Kisah Romantika Pahlawan Zamrud Khatulistiwa

'Takdir Cinta Pangeran Diponegoro', Kisah Romantika Pahlawan Zamrud Khatulistiwa

Hanif Hawari - detikHot
Senin, 20 Agu 2018 08:47 WIB
Foto: (hanif/detikHOT)
Jakarta -

'Teater Keliling', kelompok teater berusia 44 tahun yang telah melanglang buana hingga ke luar negeri itu menyuguhkan pementasan drama musikal perdana bertajuk 'Takdir Cinta Pangeran Diponegoro'. Lakon yang menghadirkan kolaborasi seni tari, musik, nyanyian dan juga koreo fighting ini diselenggarakan di Gedung Kesenian Jakarta pada tanggal 17-19 Agustus 2018.

Naskah drama musikal ini merupakan karya Wardiman Djojonegoro yang diadaptasi oleh Dolfry Inda Suri dan disutradarai oleh Rudolf Puspa. Pihak Teater Keliling pun melibatkan siswa SMP dan SMA yang disaring melalui audisi.

"Tujuan kami mengangkat kisah ini adalah untuk memperkenalkan kembali pahlawan sejarah Indonesia ke generasi penerus. Selain itu juga kami concern dengan dengan bakat-bakat generasi muda di pentas seni saat ini," ucap Dolfry Inda Suri selaku Ketua Teater Keliling usai pementasan Takdir Cinta Pangeran Diponegoro di GKJ, Minggu (19/8/2018).

'Takdir Cinta Pangeran Diponegoro', Kisah Romantika Pahlawan Zamrud KhatulistiwaFoto: (hanif/detikHOT)



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Drama musikal Takdir Cinta Pangeran Diponegoro mengupas kisah cinta Sang Pangeran dengan istri yang sangat dicintainya, Raden Ayu Maduretno dalam perang melawan penjajah. Padahal semasa hidupnya, putra sulung Sultan Hamengkubuwana III, raja ketiga di Kesultanan Yogyakarta itu setidaknya pernah menikah dengan 9 wanita.

Bagi Rudolf Puspa sang sutradara, Takdir Cinta Pangeran Diponegoro bermaksud mengingatkan masyarakat soal sejarah para pahlawan. Namun, dalam pementasan itu, cinta antara suami istri lah yang lebih ditonjolkan daripada perjuangan sang pangeran di medan perang.

'Takdir Cinta Pangeran Diponegoro', Kisah Romantika Pahlawan Zamrud KhatulistiwaFoto: (hanif/detikHOT)



"Ternyata bangsa ini rusakya karena tidak tahu sejarah. Jadi kita bikin drama yang berbicara tentang sejarah bangsa ini. Kita bikin jas merah dan macam-macam," ucap Rudolf Puspa dalam kesempatan yang sama.

"Jadi kita sadur, maksud kami kita tidak bicara banyak tentang pejuang bangsa. Tapi di sisi manusia biasa punya romantikanya sendiri," sambung Rudolf Puspa.

Sementara bagi executive producer, Qory Sandioriva, pementasan itu merupakan pembuktian kemampuannya. Ia memastikan bahwa teater dari 'Teater Keliling' memang terjamin kualitasnya.

"Saya bersyukur acara teater ini bisa terealisasikan. Temen-temen udah pernah ajak saya bergabung dari enam bulan yang lalu. Saya memanajemenkan biar teater di Indonesia bisa show yang bagus, dan Yayasan Teater Keliling adalah yang luar biasa pengalamannya di pementasan," pungkas Qory Sandioriva.

(hnh/doc)

Hide Ads