Otniel Tasman, Penerus Seni Tradisi Lintas Gender Setelah Didik Nini Thowok

Spotlight

Otniel Tasman, Penerus Seni Tradisi Lintas Gender Setelah Didik Nini Thowok

Tia Agnes - detikHot
Selasa, 14 Agu 2018 13:10 WIB
Otniel Tasman, Penerus Seni Tradisi Lintas Gender Setelah Didik Nini Thowok Foto: Otniel Tasman/ Istimewa
Jakarta - Seni tradisi lintas gender memiliki sejarah panjang di Tanah Air. Tak banyak koreografer maupun penari Indonesia yang mampu menarikan karakter maskulin dan feminin secara bersamaan dalam satu seni pertunjukan. Didik Nini Thowok adalah salah satunya yang namanya sudah melegenda dan terkenal ke luar negeri.

Usai Didik Nini Thowok, ada satu koreografer muda lainnya yang mempopulerkan seni tradisi lintas gender. Ia adalah Otniel Tasman.

Didik Nini Thowok menyebutkan nama Otniel Tasman berkali-kali sebagai penerusnya di lecture-performance di ajang Salihara International Performing-arts Festival (SIPFest) yang berlangsung pekan lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



"Setelah saya, sepertinya baru ada koreografer muda Otniel Tasmman yang vokal membicarakan mengenai seni tradisi lintas gender," tutur Didik Nini Thowok.

Pria asal Banyumas, Jawa Tengah itu belajar tari di ISI Surakarta pada 2007 sampai 2014. Koreografi sebagai tugas akhir yang dipentaskan dalam salah satu program Dewan Kesenian Jakarta digelar di TIM pada 2014 lalu. Dari situ, namanya kian berkibar dan tampil di festival-festival mancanegara.

Kali ini detikHOT akan membahas mengenai profil Otniel Tasman serta tarian terbarunya yang berjudul 'Cablaka'. Pertunjukan tersebut dirayakan bertepatan dengan perayaan 10 tahun Komunitas Salihara.

Otniel Tasman, Penerus Seni Tradisi Lintas Gender Setelah Didik Nini Thowok Otniel Tasman, Penerus Seni Tradisi Lintas Gender Setelah Didik Nini Thowok Foto: Komunitas Salihara/Witjak Widhi Cahya


Kepada detikHOT, Otniel menceritakan sudah menyukai menari dan kesenian tradisional sejak kecil. "Aku suka ikut lomba joget dangdut, pernah menang lomba menggambar se-kecamatan, suka sekali 'menembang', orangtua juga membiayai saya les menari. Tapi sepertinya les menari yang paling murah, tinggal pakai sampur sudah langsung menari," tutur Otniel.

Ketika menginjak masuk SMA, ia memilih bersekolah di SMKI, sekolah khusus kesenian. Hingga berkuliah di ISI Surakarta. "Ibu saya menentang karena ingin saya menjadi pendeta, tapi saya ngotot masuk SMKI dan kuliah seni tar."

Dari pertunjukan antar kampung dan penghasilan menari yang didapatkannya, ia pun bertekad menjadi seorang koreografer.

"Saya mau membuktikan dnegan menari, saya bisa menghasilkan uang sendiri," tutur Otniel menceritakan. Bagaimana kelanjutan ceritanya? Simak artikel berikutnya ya.

(tia/doc)

Hide Ads