Pelukis yang pernah dinobatkan Best Painting from Fine Art Study Program oleh Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, pada 1997 ini mengungkapkan mengenai pengalaman gempa bumi yang hampir merenggut nyawanya.
"Gempa bumi itu membuat Azhar Horo merenungkan kembali, jiwanya yang hampir melayang tertolong oleh tumpukan lukisan yang ada di hadapannya. Beberapa lukisan sobek, tidak bisa diperbaiki lagi. Sedangkan yang lainnya masih bisa diselamatkan," ujar kurator pameran Frigidanto Agung dalam keterangan yang diterima, Kamis (5/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melalui kejadian tersebut, inspirasi Azhar pun muncul. Ia menciptakan lukisan yang mampu kembali mengingatkan bahwa robohnya rumah dengan tembok yang hancur dan debut beterbangan menjadi gaya lukisan yang dihadirkan di atas kanvas.
![]() |
Ia pun mengolah kotak-kotak dalam suatu benda menjadi wujud piksel.
"Kekuatan piksel untuk menutupi identitas seseorang dalam foto media massa itu menjadi inspirasi saya mengolah kembali visual dalam lukisan saya sehingga dapat menjadikan tertata sesuai bentuk-bentuk yang saya inginkan", lanjut Azhar Horo.
Sebelumnya, ia pernah mendapatkan penghargaan The Best Top Ten of Indonesian Art Awards yang diberikan Phillip Moorris Inc. bertempat di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta. Pada 1999, ia menerima The Best Top five of The Winsor Newton World Wide Millenium Painting Competition.
Lukisan-lukisan berciri khas piksel itu kini dipamerkan di Gedung B Galeri Nasional Indonesia pada 4-22 Juli 2018.