Bagi pecinta karya sastra maupun pembaca setia karya-karya Pram, Minke adalah simbol perjuangan dari bangsa yang penuh ketidakadilan. Minke juga dijadikan sosok romantis yang sangat mencintai Annelies, perempuan Indo hasil perkawinan campuran antara pribumi dan Belanda.
'Bumi Manusia' ditulis Pram dengan rentang masa antara tahun 1898 sampai 1918 silam. Di masa ini pula munculnya pemikiran politik etis dan awal periode Kebangkitan Nasional. Siapakah sebenarnya Minke?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat menulis 'Bumi Manusia' di Pulau Buru, Pram sangat mengidolai R.M. Tirto Adi Soerjo atau sekarang lebih dikenal sebagai Bapak Pers Nasional. Di masanya, Tirto Adi merupakan seorang jurnalis yang tulisannya dikenal kritis.
Saat itu, Tirto Adi mendirikan Medan Priyayi pada 1907. Bersama Haji Mohammad Arsjad dan Pangeran Oesman, ia mendirikan usaha penerbitan N.V Javaansche Boekhandelen Drukkerij pada 1909. Bahkan ia adalah pribumi pertama yang menulis dalam bahasa Melayu.
Dari situ, Minke pun memiliki karakter yang mirip seperti Tirto Adi. Seseorang yang keras, tegas, teguh pendirian, dan tulisan-tulisannya penuh kritik sosial terhadap masa kolonialisme Belanda tersebar di media massa. Minke juga dikenal sebagai penulis ulung yang kerap menggunakan nama pena Max Tollenaar.
Dalam buku ketiga 'Tetralogi Buru' yang berjudul 'Jejak Langkah', Minke dikisahkan mendirikan organisasi pribumi pertama di masa pergerakan nasional yaitu Sarekat Priyayi pada 1904. Tiga tahun kemudian, pada 1907, dia mendirikan surat kabar dengan nama Medan Priyayi di Bandung.
Di akhir perjalanan hidupnya seperti yang termuat dalam 'Rumah Kaca', Minke tetap dikagumi tak hanya oleh bangsanya sendiri tapi juga oleh penjajah Belanda.
Sejak tadi malam, 'Bumi Manusia' menjadi Trending Topic di Twitter. Pembaca karya sastra dan netizen sibuk memperdebatkan sosok Minke. Ada yang menuliskan karakter Minke yang role model-nya adalah R.M Tirto Adi dan seharusnya tak sembarangan memilih peran.
"Jadi jangan asal "populer dan menarik millenials" aja. Kalo saya sih lebih setuju Minke itu casting baru yang tidak dikenal tapi dia adalah sosok yang familiar dengan dunia sastra atau tidak usah difilmkan sekalian. Bumi Manusia ga bisa loh disamain dengan "novel sastra" baru," tulis @pradipta19 seperti dikutip detikHOT.
Penggambaran Minke di 'Bumi Manusia' juga bukan sosok rupawan, ia justru kerap dipanggil dengan sebutan 'Monkey'.
"Penggambaran Minke di novel tuh ga ada mirip-miripnya sama Iqbal. Di novel bumi manusia, Minke digambarkan sebagai cowok pribumi jelek (menurut orang Belanda) sehingga dipanggil Monkey. Tapi si Minke dengan lidah pribuminya gak bisa pronounce monkey kaya orang-orang Belanda, jadilah dipanggil Minke," tulis @vayakikin.
Perdebatan Iqbaal yang memerankan Minke belum tentu bakal berakhir dengan senyum manis. Bisa jadi Iqbaal tetap dinyinyirin netizen seperti dalam film 'Dilan' namun setelah film tayang berakhir dengan review positif.
Bagaimana menurutmu kalau Iqbaal jadi Minke?
(tia/dar)