'Deadpool 2': Sekuel yang Lebih Memuaskan

Hot Review

'Deadpool 2': Sekuel yang Lebih Memuaskan

Candra Aditya - detikHot
Kamis, 17 Mei 2018 14:40 WIB
Foto: screenshot youtube
Jakarta - Kita telah sampai di mana film tentang pahlawan super bukan lagi menjadi tontonan khusus para pecinta komik atau para nerd. Film superhero telah mencapai kepopuleran di tingkat nirwana yang kehadirannya ditunggu oleh sejuta umat.

'Infinity War' membuktikan bahwa satu film bisa membuat bioskop dipenuhi dengan penonton film dari berbagai background: pecinta Marvel, pecinta komik atau penonton yang kepo dan takut tidak mengerti jokes mengenai Thanos. Kini tak lama setelah 'Infinity War' hadir di layar kaca, 'Deadpool 2' datang dengan tangan terbuka.

Bagaimana caranya membuat sebuah sekuel yang film pertamanya hadir dengan sensasional. Dua tahun lalu Deadpool datang dengan serampangan, mungkin mendobrak pintu sampai engselnya lepas dan menertawakan kita yang berdarah-darah karena mau menghamburkan uang untuk menonton film superhero yang tidak mempunyai kompas moral. Bahkan studionya sendiri tidak yakin dengan proyek tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Deadpool terlalu edgy, terlalu berandalan, terlalu blangsak untuk dikonsumsi semua orang. Humornya terlalu metal orang-orang butuh kemampuan ekstra untuk bisa menikmati candaannya. Dan ia tidak takut dengan darah dan anggota tubuh yang melayang bebas di udara.

Tapi nyatanya, meskipun Fox "hanya" berani memberikan 58 juta dollar untuk Deadpool, film tersebut berhasil melenggang dengan hampir 800 juta dollar untuk penjualan tiketnya di seluruh dunia. Deadpool ternyata adalah harta karun yang tak ternilai dan Fox tidak memiliki pilihan lain selain memberikan lampu hijau untuk sekuelnya.

Dalam sekuelnya, Wade alias Deadpool (Ryan Reynolds) sedang mengalami krisis identitas atas kejadian yang akan jadi spoiler kalau dibahas. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Hatinya hampa, lidahnya kelu. Sahabatnya, Weasel (T. J. Miller) tidak bisa memberikan saran yang berkualitas dan sopir andalan Wade, Dopinder (Karan Soni) juga sama saja. Negasonic (Brianna Hilderbrand) seperti biasanya acuh. Mungkin karena dia punya pacar. Hanya Colossus (Stefan Kapicic) yang memang benar-benar mau memberikan saran dan petuah kepada Deadpool. Caranya adalah bergabung dengan X-Men dan menggunakan kekuatannya untuk kebaikan.

Akhirnya Wade setuju. Ia menjadi trainee untuk X-Men (salah satu running jokes yang tak akan lekang oleh waktu) dan menemui masalah pertamanya: seorang mutan bernama Russell (Julian Dennison) yang sedang marah-marah dengan sekolahnya. Di tengah-tengah acara mempersuasi, Wade malah membalaskan dendam Russell yang membuat mereka masuk ke Ice Box, sebuah penjara khusus para mutan.

[Gambas:Video 20detik]


'Deadpool 2' adalah sebuah tugas berat bagi sutradara mana pun. Film pertamanya hadir dengan bombastis. Ia mengoyak-ngoyak ekspektasi penonton. Para penonton belum pernah menyaksikan tontonan seperti Deadpool sebelumnya: sebuah film superhero yang sadar bahwa dirinya sebuah film lengkap dengan humor yang kasar dan kekerasan yang digambarkan dengan begitu grafis. Bagaimana cara membuat penonton mau menyaksikan 'Deadpool 2' jika penonton sudah tahu apa yang akan terjadi?

Tim penulis 'Deadpool 2' (Rhett Reese, Paul Wernick dan Ryan Reynolds sendiri) akhirnya memutuskan menjadikan 'Deadpool 2' sebagai sebuah film yang sedikit mempunyai hati daripada film pertamanya. Jika penonton sudah tidak bisa dikejutkan lagi dengan berbagai self-referential jokes dan adegan-adegan sadis, bagaimana kalau membuat Deadpool sebagai karakter yang sedang mencari jati diri. Dan misi ini ternyata berhasil. Siapa mengira bahwa film dengan jokes sekasar itu bisa membuat penonton iba dengan perjalanan nurani seorang Deadpool?

David Leitch menggantikan Tim Miller sebagai sutradara 'Deadpool 2'. Mantan stuntman yang kini berubah menjadi sutradara spesial film laga ini memang mempunyai kemampuan sendiri dalam merangkai adegan. Seperti yang ditunjukkannya dalam 'Atomic Blonde', 'Deadpool 2' mempunyai adegan aksi yang lebih ciamik. Adegan-adegan aksi 'Deadpool 2' lebih thrilling dan lebih liar. Ia tahu bagaimana membuat penonton menganga menyaksikan adegan-adegan pertarungan, terutama antara Deadpool dan Cable di dalam penjara.

Kekurangannya adalah David Leitch agak sedikit dalam meramu adegan komedi. Jika Tim Miller lebih ciamik dalam menggarap adegan komedi, Leitch agak sedikit kaku. Ada beberapa adegan komikal yang sangat berhasil (misi pertama X-Force adalah hasil yang menakjubkan jika pembuat film mau memaksimalkan rating dewasa dengan komedi slapstick) tapi ada juga yang hasilnya cukup datar. Tapi meskipun begitu, Leitch sangat mampu membuat banyak karakter bersinar selain si karakter utama.

Josh Brolin membuat Cable menjadi tokoh yang memiliki hati; ia bisa menjadi sosok yang keras kemudian terlihat rapuh. Sementara itu Zazie Beets (diculik dari serial Atlanta) berhasil mencuri perhatian sebagai Domino. Setiap celetukannya atau aksinya benar-benar membuat Domino menjadi sosok yang pas untuk menemani Deadpool beraksi.

Tapi tentu saja, seperti tulisan di opening credits-nya (yang mengolok-ngolok James Bond dengan sempurna), Deadpool adalah seorang bintang yang tidak mau berbagi spotlight dengan siapapun. Agak susah membedakan Ryan Reynolds dengan Deadpool sekarang. Persona keduanya bercampur satu sama lain. Saat menyaksikan film ini, saya berpikir keras apakah Deadpool terinspirasi Ryan Reynolds atau sebaliknya.

Satu yang pasti: karakter ini memang diciptakan untuk Ryan Reynolds seorang. Ia tidak hanya jago dalam adegan laga dan adegan-adegan yang emosional tapi ia adalah satu-satunya orang yang bisa menyamai kesarkasan si Deadpool. Hanya Ryan Reynolds yang bisa mengucapkan dialog-dialog Deadpool tanpa usaha.

'Deadpool 2' adalah hal apapun yang Anda harapkan dari seorang Deadpool. Kekurangan film ini adalah sudah tidak ada lagi yang mengejutkan kita. Kita sudah tahu apa yang kita dapat dari seorang pahlawan super yang menghirup kokain dengan santainya. Tapi jika Anda mau melupakan itu semua, 'Deadpool 2' adalah sebuah hiburan paten yang harus Anda saksikan. Ini adalah sebuah film dewasa yang menyenangkan, kocak dan benar-benar menghibur. Ditambah dengan end credits sequence yang kocak, 'Deadpool 2' adalah sebuah contoh bagaimana membuat sekuel yang memuaskan.

Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International. (nu2/nu2)

Hide Ads