Dengan menjadi negara tamu kehormatan di KLIBF, Malaysia adalah pasar internasional yang diperhitungkan. Baik dari segi hak cipta maupun buku fisik. Sejak tahun 1980-an, penjualan hak cipta buku Indonesia sudah berlangsung di sana.
"Kehadiran Indonesia di KLIBF tidak hanya menyasar pasar Malaysia tapi juga pasar dunia," ujar Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Rosidayanti Rozalina sebagai yang mengkoordinir kehadiran Paviliun Indonesia di KLIBF.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hubungan antara dua negara di industri penerbitan buku juga berjalan sejak lama. Malaysia pernah menjadi tamu kehormatan di Indonesia International Book Fair (IIBF) 2016 dan rutin mengikuti pameran buku yang diadakan Indonesia.
"Dalam kesempatan ini, IKAPI mengajak para penerbit dan penulis untuk memanfaatkan kehadiran Indonesia sebagai Negara Tamu KLIBF. Serta menjadi ajang dan kesempatan terbaik bagi penerbit dan penulis Indonesia untuk go international," tambah Rosidayanti.
IKAPI pun mengajak para penerbit untuk menjadi co-exhibitior di KLIBF dan memanfaatkan area bisnis di Paviliun Indonesia. Di Kuala Lumpur Trade and Copyrights Center (KLTCC), penerbit juga mengikuti temu bisnis yang digelar 30 April-2 Mei 2018.
Alternatif lainnya adalah penerbit juga bisa menggunakan jasa Borobudur Literary Agency untuk memasarkan hak ciptanya ke berbagai negara. Direktur Borobudur Literary Agency Nung Atasana mengatakan saat ini sudah ada beberapa penerbit yang tertarik untuk hadir menjadi co-exhibitor.
"Ada Gre Publishing, Mizan, Salam Book, CV Diponegoro, Tazkia Publishing, Prasetiya Mulya, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Gramedia, dan re:ON Comics," ujar Nung dalma keterangan pers kepada detikHOT.
(tia/tia)