Tulisan-tulisan Fiersa kerap diunggah di dunia maya. Publik pun makin mengenalnya. April 2013, pria yang akrab disapa Bung itu mulai berkeliling Indonesia.
Dia mencoba mencari jati diri dan memahami arti dari perjalanan. Selama delapan bulan, Fiersa mulai menjelajah dari kota asalnya di Bandung lalu ke Sumatera sampai Titik Nol di Pulau Sabang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sejak buku 'Garis Waktu' diterbitkan oleh MediaKita (Agromedia Group), dia mantap berkiprah sebagai penulis. "Dari awal musik dulu, menulis itu bagi saya cuma senang-senang saja. Bukan jadi pembaca buku yang gila, tapi intensitas membaca saya sudah lebih baik dari dulu," ujar Fiersa ketika berkunjung ke kantor detikHOT di Gedung Trans TV, kawasan Tendean, Jakarta Selatan, Senin (19/2/2018).
Dari perjalanan selama delapan bulan, aktivitas membaca buku, mencatat atau menulis, serta mengobrol dengan warga sekitar menjadi kegiatan sehari-hari. "Saat itu nulis blog juga tapi dengan diksi yang luar biasa hancur."
Kata-kata yang digoreskan pendiri Komunitas Pecandu Buku itu mampu menghipnotis para penggemar dan pembaca setianya. Tak sembarang kata-kata romantis, secara sederhana tulisannya membawa pesan yang lebih mendalam.
Sejak September 2016 sampai kini, Fiersa sudah menerbitkan tiga buku. 'Garis Waktu' yang memuat pemikirannya berhasil terjual lebih dari 10 ribu eksemplar. Buku kedua 'Konspirasi Alam Semesta' diterbitkan dengan konsep album buku (Albuk), dan 'Catatan Juang' yang merupakan spin-off dari buku sebelumnya.
Kali ini, detikHOT akan membahas mengenai profil Fiersa Besari sepanjang hari. Mulai dari perjalanan tujuh bulan yang menginspirasi menciptakan buku, proses kreatif tiga bukunya, sampai rencana-rencana ke depan.
Seperti apa? Simak artikel-artikel berikutnya!
(tia/nu2)