Dalam event yang bertema 'Standing with The Masters' ini setiap hari juga diselenggarakan workshop dan pelatihan melukis, membatik, dan budidaya tanaman bonsai, serta menampilkan perform musik, tari, dan kesenian Indonesia.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itulah Darmono menginisiasi terselenggaranya event seni terbesar di Indonesia di awal 2018 ini. IAE yang digelar selama 5 hari dari 17-21 Januari 2018 di Jababeka Convention Center (JCC), Cikarang, adalah satu bentuk apresiasi dari Jababeka terhadap seni dan budaya Indonesia yang menampilkan karya-karya seni maestro Indonesia periode 1920-2017. Maestro-maestro tersebut antara lain Affandi, Basuki Abdullah, Sudjojono, Sukari, Widayat, Nasirun, dan lain sebagainya.
![]() |
Darmono menyampaikan rasa hormat dan bangga mendapatkan dukungan begitu besar dari berbagai pihak yang ingin bersama-sama mengapresiasi seni rupa Indonesia sehingga mampu meningkatkan daya saing industri Indonesia.
"Karena Jababeka berbasis kawasan industri, maka saya berpikir bagaimana membantu para langganan kami yang jauh-jauh dari 30 negara datang dan membangun pabriknya di sini. Kami ingin lebih banyak lagi mendatangkan investor, serta membantu mereka agar daya saing perusahaannya lebih meningkat," ujar Darmono.
![]() |
Darmono sangat menghargai kehadiran Menteri Agraria Sofyan Djalil mewakili Presiden Jokowi. Kegiatan ini bisa disampaikan kepada seluruh jajaran kabinet bahwa Indonesia memiliki daya saing yang tangguh yaitu di bidang seni.
Dengan seni ditambah pariwisata dan tentunya hasil research dari semua universitas, maka kombinasi dari inovasi dan produk desain akan membuat produk-produk Indonesia maju di dunia internasional dan secara bertahap branded-nya bisa terus ditingkatkan.
"Saya berharap dengan pameran seni ini bisa membangkitkan optimisme kita, membangkitkan kesadaran kita bahwa seni budaya adalah modal yang besar sehingga perlu didukung, perlu dibantu para seniman kita untuk mempromosikan ke pasar nasional dan internasional," ujar Darmono yang juga menyampaikan terima kasih kepada para peserta pameran dari OHD Museum, Galeri NU, dan 150 seniman dari Ancol yang ikut mensukseskan acara ini.
Sejalan dengan pemikiran Darmono, Sofyan juga menyampaikan, IAE sudah waktunya dipromosikan. Karena semakin Indonesia kaya ekonomi maka aspek seni dan penghormatan kepada hal-hal yang lebih sekadar uang itu makin terasa dibutuhkan. Untuk itu upaya Jababeka menjadikan ini sebagai tempat art exhibition bisa dilakukan secara rutin, sehingga akan menambah sarana bagi para seniman kita untuk berekspresi dan masyarakat bisa menghargai karya-karya seni yang dihasilkan anak bangsa.
"Saya yakin culture heritage Indonesia itu luar biasa besar. Ini akan menjadi inspirasi untuk pengembangan aspek seni dan budaya di masa yang akan datang. Culture heritage bisa menjadi inspirasi untuk desain berbagai produk yang punya nilai lebih," kata Sofyan.
Sofyan menambahkan, pemerintah sangat menghargai Jababeka sebagai pelopor dan ide. Hal ini bisa diadopsi oleh pemerintah untuk mulai memikirkan membuat museum fine art. Untuk itu pemerintah perlu kerja sama dengan dunia usaha supaya museum dan tempat-tempat display seni seperti ini dapat dikelola lebih profesional.
IAE menciptakan Cultur Destination sebagai pelaku seni. Dr Oei Hong Djien sangat berterima kasih kepada Darmono yang telah mengambil inisiatif menggelar pameran seni sekelas internasional yang di Jakarta pun belum pernah ada seperti ini.
Bahkan, katanya di luar negeri sudah ada wacana berpindahnya event-event seni ke pinggiran kota. Kalau ada hotel dan akses transportasi maka itu akan berhasil, dan kota-kota tersebut makin terkenal karena event seninya sebut saja Document Ascaso di Jerman.
"Mimpinya Darmono sangat realistis, sehingga dunia seni rupa patut berterimakasih kepada Pak Darmono yang sempat melihat kondisi seniman-seniman Ancol yang harus dibantu. Ini sebagai start yang perlu dilanjutkan," ungkap pendiri OHD Museum yang memajang 60 karya para maestro Indonesia dalam event IAE ini.
Dalam event yang bertema 'Standing with The Masters' ini setiap hari juga diselenggarakan workshop dan pelatihan melukis, membatik dan berbudidaya tanaman bonsai, serta menampilkan perform musik, tari, dan kesenian Indonesia.
"Saya sampaikan terima kasih atas dukungan semua pihak sehingga kegiatan ini dapat terlaksana, khususnya kepada dr Oei Hong Djien dari OHD Museum Magelang, Djoko Susilo dari Galeri NU, Toto dari seniman Ancol, Heri Pemad dari Art Jog, serta Agus Canny dari President University," kata Yayat Sujatna, panitia penyelenggara.
Yayat juga berterima kasih atas kehadiran Sofyan Djalil, Dubes Hongaria Judit Pach, representatif Taiwan Economic Trade Office Jonson, CEO bubu.com Shinta Dhanuwardoyo, perancang busana Hari Darsono, Harry Wong Sudarwo, dan jajaran direksi Jababeka.
Dalam acara pembukaan juga ditampilkan President University Student Orchestra, Marching Band SMA Presiden dan berbagai tarian etnik dari SD dan SMP Presiden. Lebih spesial lagi persembahan dari Hari Darsono yang memainkan piano dengan sebuah lagu perjuangan.
Jababeka pun menyediakan layanan khusus untuk tamu undangan VIP yang dapat memanfaatkan layanan helikopter (Jakarta-Cikarang- Jakarta), shuttle bus maupun kereta wisata. Bagi tamu-tamu yang sudah hadir juga dimungkinkan untuk melakukan industrial visit ke industri-industri di lingkungan Kawasan Indusri Jababeka, dipandu oleh tim dari Bekasi Industrial Tourism (BIT).
Apresiasi Seni Melalui E-Gallery
Dalam kesempatan terpisah, Shinta Dhanuwardoyo, yang merupakan CEO bubu.com dan sudah 22 tahun menjalani profesi sebagai seorang Digital Entreprenuer menyampaikan ide membuat aplikasi platform E-Gallery atau E- Museum. Menurutnya sebuah ironi, di tengah derasnya perkembangan informasi dan teknologi namun karya fenomenal seperti pelukis maestro Affandi, yang terkenal lewat karyanya, Potret Diri, dan Topeng Topeng Kehidupan, hampir tidak pernah diangkat ke permukaan contohnya melalu sosial media yang sedang marak ini.
"Kita selalu percaya bahwa momentum itu harus diciptakan, seperti IAE yang diselenggarakan ini menjadi momentum agar kita bisa melihat serta menghargai karya-karya mereka semua. Dengan canggihnya platform digital sekarang dan kemudahan bersosial media kita semua dapat lebih mudah mensharing karya-karya seniman maestro Indonesia agar bisa dinikmati oleh siapapun dan dimanapun," ujar Shinta yang memiliki background pendidikan arsitek.
Untuk itu menurut Shinta, dengan kemajuan teknologi harus dapat dimanfaatkan dengan memudahkan siapa saja dan dimana saja untuk melihat, mengagumi serta menikmati karya-karya maestro Indonesia ini. Caranya melalui platform digital seperti dengan membuat aplikasi platform E-Gallery atau E-Museum contohnya.
Jadi ke depan semua dapat mengakses karya-karya maestro seni rupa Indonesia dengan mudah. Tentunya bisa dinikmati tidak saja warga Indonesia tetapi juga warga dunia secara luas. (nwy/ken)