Kepada detikHOT, lulusan Universitas Sebelas Maret Surakarta itu mendapatkan sensasi yang berbeda.
"Kuas atau cat, sifatnya lebih kepada painterly sedangkan bolpoin sifatnya lebih kepada linearity. Dengan bolpoin, saya malah merasakan sensasi yang beda dan keterusan sampai sekarang," ujar Anis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menggunakan medium bolpoin, lanjut Anis, bermula dari open call pameran 'Outline' di ajang Indonesia Drawing Festival. Saat itu event yang berlangsung di Bandung menyelenggarakan festival drawing bagi para seniman Tanah Air. Mau tak mau, Anis mencoba melukis dengan bolpoin dan mendaftarkannya ke tim panitia.
Menurut Anis, bolpoin memiliki keunikan tersendiri. Goresan bolpoin bisa menarik secara spontan dan lebih monokrom.
![]() |
"Sifatnya yang 'mbleber' itu justru memberikan keasyikan tersendiri. Tinta mleber kadang memberikan titik noda pada karya yang tidak bisa dihapus, bagi orang lain mungkin itu jadi kotor. Tapi jejak noda bolpoin membuat sebuah karya seni menjadi terlihat 'manusia'," ujar Anis.
Sebuah lukisan, kata dia, bukan karya yang sempurna seperti terjual di galeri-galeri kenamaan maupun di balai lelang. Melalui karya yang tidak 'terencana', Anis menyukai hasil karya yang dibuat oleh tangan manusia.
"Apakah kita harus menuntut sebuah kesempurnaan dari ciptaan manusia, apakah harus karya seni melulu soal bersih-bersih dan rapi saja. Bagi saya itu justru menarik," pungkasnya.
Simak artikel berikutnya!
(tia/dar)