Ungkapan itu mungkin pas jika kita melihat kondisi dari para korban konflik di Palestina. Melly Goeslaw menjadi saksi penderitaan para pengungsi Palestina yang berhasil meninggalkan negaranya itu.
Sejak Minggu (17/12) ia bertolak dari Jakarta untuk mengunjungi kamp pengungsian Palestina, salah satunya Killis, Turki. Ia pun berbagi cerita tentang kondisi disana yang ternyata ada dua kamp pengungsian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah itu juga ngenes (rukonya), karena enggak ada pintunya," kenangnya saat ditemui di kediamannya pada Minggu (24/12).
Dirinya pun membandingkan dengan hotel tempatnya menginap di mana ia masih merasakan kedinginan, apalagi dengan mereka yang berada di kamp pengungsian itu.
Ada lagi kejadian yang membuat dirinya sedih yakni saat membagikan bantuan. Dirinya tak mendapati respon layaknya yang biasa diterima di Tanah Air.
"Yang bikin menyedihkan itu kan saya selalu sudah terbiasa bikin acara sosial sama GAS juga, kalau banjir, gempa bumi, dan sebagainya untuk satu wilayah yang korban banjir itu kalau datang bantuan kan langsung berkeroyok, bergerombol terus heboh, rebutanlah apa, ini nggak. Yang bikin sedih itu," tuturnya.
Melly juga menggambarkan mereka tampak sangat menyedihkan dan takut untuk bertemu orang asing. Bahkan sebagian besar mengalami trauma, termasuk anak-anak.
"Ya karena mereka trauma ya, bayangin aja anak anak itu selain dari di Palestinanya ngedengerin ada bunyi bom. Ngedengerin teman-temannya ditembak segala macam dan mereka harus melarikan diri lewat laut, pasti trauma lewat laut kan lihat yang lain tenggelam," ujar Melly.