Dalam Setiap Aksinya, The Sacred Riana Tak Sembarangan Pakai Mantra

Dalam Setiap Aksinya, The Sacred Riana Tak Sembarangan Pakai Mantra

Desi Puspasari - detikHot
Selasa, 19 Des 2017 17:29 WIB
Foto: The Sacred Riana (Desi/detikHOT)
Jakarta - Dalam beberapa aksinya, terekam The Sacred Riana mengucapkan kalimat seperti sebuah mantra. Di malam final Asia's Got Talent Musim ke-2 beberapa waktu lalu pun, Riana mengucapkan mantra dalam bahasa Jawa.

Yen siro teko, wenehene tondo, adalah mantra yang diucapkan oleh The Sacred Riana pada malam final Asia's Got Talent 2017. Pada aksinya itu, Riana menunjuk Jay Park untuk ikut bermain yang di dalamnya seperti menggunakan unsur permainan Ouija.

"Sebelumnya itu kita pakai bahasa latin di aksi zombi kita pakai bahasa latin. Ketika pakai bahasa latin kenapa nggak bawa unsur bahasa Indonesia. Ya sudah mendingan ide kreatif kita membangun unsur Indonesia. Mantranya, biasa dibacakan ucapan untuk main jailangkung," jelas manajer Riana, Bow Vernon saat menggelar jumpa pers di kawasan Sentral senayan 3, Jakarta Selatan, Selasa (19/12/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Pria yang juga pernah ikut dalam ajang pencarian bakat 'The Master' itu menjelaskan, tak sembarangan Riana dan tim memilih mantra. Biasanya mereka akan melihat kisah dari cerita yang mereka angkat sebagai latar belakang dari aksi-aksinya.

"Bahasa latin, itu bahasa kalau orang mau pemannggilan arwah dan makhluk gaib pakai bahasaa itu. Indonesia gampang mencari rapel yang memanggil arwah," katanya.

Sepanjang sesi wawancara, Riana memang tak banyak bicara. Dengan karakter khasnya, perempuan berusia 25 tahun itu hanya duduk menunduk sambil memeluk boneka yang diberi nama Riani.

Riana memang selalu memberikan narasi cerita yang bisa membuat penonton dan juri Asia's Got Talent Musim ke-2 merinding. Di malam final, Riana berhasil membuat Jay Park terpukau dan tak habis pikir.

Bow Vernon menuturkan karakter Riana sangat diterima dalam ajang pencarian bakat Asia's Got Talent Musim ke-2. Justru penampilan Riana mempunyai nilai plus.

"Indonesia mudah menerimanya. Dibawa ke Asia, bukan konsep permainan mistisnya. Karena di Asia belum pernah lihat sisi magician yang 24 hours di atas stage atau di belakang seperti itu," pungkas sang manajer.

(pus/mau)

Hide Ads