Lewat workshop ini, Studiohanafi menawarkan gagasan untuk menghadirkan alam imaji tiga dimensi di tengah ruang publik. Gambar tentang alam sampai isu-isu sosial yang digambar oleh mereka.
Ruang publik yang dipilih tim Studiohanafi adalah SDIT Daroojatul Ullum dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, serta di depan Studiohhanafi sendiri. Di sekolah dasar, 13 seniman menuangkan gagasan didampingi oleh Farhan Siki.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka menggambarkan desain lukisan potongan puzzle dan melukiskannya di dinding-dinding ruang tunggu sekolah. Lukisan gunung, pepohonan, langit, laut, ikan, anak-anak yang bermain, tokoh kartun hingga imajinasi menjadi seorang astronot dan karya tiga dimensi kotak rubik dan lorong dimensi.
Di lokasi lainnya gambar embarkasi kawat berduri yang memantul bertuliskan police line juga digambar oleh 15 seniman. Mereka juga menggambarkan sosok pejuang seperti Marsinah, Wiji Tukul, dan Suyat. Di lokasi ketiga, gagasan karya bersifat lebih kontemplatif dan esensial bersama ingatan tentang alam. Di dinding ruang depan Studio, perjalanan manusia dalam bentangan awan merefleksikan antara diri, alam dan sebuah kerinduan dilukiskan.
![]() |
"Workshop karya tiga dimensi menciptakan ruang kolaborasi dari ke 37 pemural dengan didasari atas tujuan berkarya di ruang publik dan menghidupkan ikatan relasi sosial untuk memberikan respon sesuai konteks tempat tersebut," ujar Art Program Studiohanafi, Adinda Luthvianti, dalam keterangan pers yang diterima detikHOT, Senin (4/12/2017).
Ke-37 seniman muda Tanah Air berasal dari Jakarta, Bandung, Bogor, Depok, Tangerang, Tubaba-Lampung, Payakumbuh, Lombok dan Semarang.