"Gara-gara meriset seni lintas gender itu saya semakin serius mendalaminya. Ternyata banyak universitas bergengsi yang mengapresiasi dan saya sendiri melestarikan kesenian tradisi tersebut," tutur Didik Nini Thowok kepada detikHOT saat dihubungi via telepon belum lama ini.
Dia pun senang banyak penari lain yang mulai mempelajarinya. "Di Bali, Bandung, Surabaya, sudah mulai banyak yang berani mempromosikan seni crossgender ini," lanjut Didik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu pengalaman yang dikenang Didik ketika dia belajar dan melakukan residensi di Amerika. Di sana dia diundang untuk berbicara tentang crossgender di hadapan publik.
Suatu hari, dia membaca sebuah artikel di perpustakaan di San Francisco. Dan Didik menemukan artikel tentang komunitas Bissu di Sulawesi.
![]() |
"Tahun 2003 itu saya baca artikel, bagaimana orang-orang Bissu dibunuh dan dipaksa masuk goa kalau nggak mau masuk Islam. Yang menolak masuk Islam, dibunuh dan jasadnya dibuang ke laut bersama alat-alat upacaranya," kata dia.
Lambat laun, Didik pun tertarik berjumpa dengan komunitas Bissu dan makin melestarikan seni lintas gender. Simak artikel berikutnya!
(tia/doc)