Cerpennya menceritakan tentang manusia biasa yang dahulu berjalan dengan kaki dan lengan sama seperi makhluk berempat kaki lainnya. Ritme dan koordinasi mereka yang mulus membuat bagian lain di dalam tubuh lalu mengalami iri hati. Bagian tubuh lainnya mulai merencanakan untuk melawan tangan dan kaki.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini kita kehilangan bahasa kita dan juga kehilangan tubuh, emas, berlian, tembaga, kopi, dan teh kita. Mengapa kita tidak memberdayakan bahasa kita sendiri untuk dikenal dunia," ujarnya dilansir berbagai sumber, Selasa (3/10/2017).
Cerpen yang dalam bahasa asli Ngugi wa Thiong'o diberi judul 'Ituĩka Rĩa Mũrũngarũ: Kana Kĩrĩa Gĩtũmaga Andũ Mathiĩ Marũngiĩ'. Karyanya telah diterjemahkan dalam bahasa Amharik, Dholuo, Kamba, Lwisukha (Luhya) , Kipsigis, Kinyarwanda, Prancis, Arab, Luganda, Kiswahili, Afrikaans, Hausa, Meru, Lingala, IsiZulu, Igbo, Ibibio, isiNdebele, XiTsonga, Nandi (Kalenjin), Rukiga, Bamanankan, Lugbara, Lubukusu, Kimaragoli, Giriama, Sheng, Ewe, dan Naija Langwej.
(tia/dal)